Apa Itu Revolusi Seksual?

Aktivitas seksual, ketika dilakukan dalam konteks yang dapat diterima secara konvensional, dianggap sakral di banyak komunitas budaya di seluruh dunia. Dalam beberapa kasus, adalah tabu untuk menyebutkan segala sesuatu yang berhubungan dengan seksualitas di tempat umum. Diskusi tentang seks berlangsung dalam nada diam sementara anak-anak menjauhkan diri dari topik semacam itu. Namun, aktivitas seksual telah memicu banyak kontroversi dan menarik perhatian massa di seluruh dunia. Revolusi seksual atau pembebasan seksual adalah salah satu gerakan yang diakui untuk mengubah persepsi orang tentang seks dan perilaku seksual di sebagian besar masyarakat kontemporer saat ini. Revolusi seksual bertujuan untuk menantang kode perilaku yang terkait dengan seksualitas dan hubungan interpersonal di dunia Barat. Revolusi yang dimulai pada 1960-an dan berakhir pada 1980-an mengarah pada penerimaan perilaku seksual lain di luar hubungan heteroseksual tradisional atau pernikahan.

Asal usul dan peran media massa

Akar pembebasan seksual atau revolusi seksual dapat ditelusuri kembali ke koleksi skandal penulis Inggris Algernon Charles Swinburne berjudul Poems and Ballads of 1866. Dalam koleksi tersebut, karya-karyanya yang diterbitkan secara terbuka membahas berbagai tabu seksual. Namun, dunia cararn telah merampas nilai-nilai moralitas dan tradisi kekristenan yang mengarah pada peningkatan masyarakat permisif yang telah menerima kebebasan seksual yang lebih besar. Revolusi seksual bertujuan untuk mengeksplorasi tubuh dan pikiran dan satu bebas dari batas-batas seksual moral dan hukum. Pembebasan seksual berlabuh pada keyakinan bahwa erotisme harus dianggap normal dan tidak ditekan oleh keluarga, agama atau negara. Playboy, sebuah majalah yang menampilkan wanita setengah telanjang dan pria yang ditargetkan antara tahun 21 dan 45, didirikan oleh Hugh Hefner pada tahun 1953. Dia kemudian membuka Klub Playboy di Chicago yang menawarkan relaksasi kepada anggota. Tahun 1960-an melihat jumlah perceraian tertinggi sementara tingkat pernikahan menurun secara signifikan. Media termasuk televisi dan radio telah memungkinkan untuk mengirimkan informasi ke sejumlah besar orang dalam hitungan detik. Media telah membantu menyebarkan ide-ide baru yang bertentangan dengan konsep tradisional tentang seksualitas.

Undang-undang kontrasepsi dan aborsi

Perkembangan pil KB pada tahun 1960-an merupakan penyebab utama revolusi seksual karena perempuan dapat lebih mudah mengakses kontrasepsi. Orang lain yang terlibat dalam seks bebas sesuai. Pria dan wanita memiliki lebih banyak pilihan untuk memiliki anak karena ketersediaan alat kontrasepsi. Kontrasepsi seperti kondom lateks telah menghasilkan kondom yang nyaman bagi pria. Perempuan memiliki akses yang lebih besar ke alat kontrasepsi “dunia anak perempuan” pada tahun 1965. Gerakan pengendalian kelahiran mendukung legalisasi aborsi pada tahun 1960-an dan 1970-an. Pada tahun 1967, Inggris mencabut undang-undang yang melarang aborsi. aborsi dan homoseksualitas laki-laki.

Penyakit menular seksual dan tingkat kehamilan yang tidak diinginkan

Sementara kontrasepsi seperti pil KB membantu menghindari kehamilan yang tidak diinginkan dan kelahiran tidak sah, pasangan seksual mengekspos diri mereka pada risiko tertular penyakit menular seksual (PMS). Jumlah orang yang tertular sifilis dan gonore di antara penyakit menular seksual lainnya telah meningkat secara signifikan karena pertukaran pasangan, banyak pasangan seksual dan bentuk aktivitas seksual lainnya. Tingkat kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan wanita berusia 20-an juga meningkat secara signifikan. Hal ini menyebabkan perempuan muda untuk sementara meninggalkan atau menunda sekolah untuk mengurus anak-anak mereka.

Perubahan hukum dan perubahan pendapat agama

Revolusi Seksual telah menyebabkan beberapa perubahan hukum yang signifikan, termasuk pencabutan undang-undang aborsi untuk mengizinkan aborsi yang aman melalui persetujuan. Kontrol kelahiran pertama kali disetujui oleh Lyndon Johnson, yang merupakan presiden sementara Amerika Serikat. Mahkamah Agung AS juga memutuskan bahwa pemerintah tidak memiliki hak untuk mendikte penggunaan kontrasepsi oleh orang yang sudah menikah. Sementara Gereja dan badan keagamaan lainnya menentang revolusi, beberapa perlahan menerimanya sebagai budaya normal. Kelompok-kelompok agama telah mengambil pendekatan hidup dan menghidupkan revolusi seksual dengan beberapa praktik yang ditempatkan dalam batas-batas agama.

Penerimaan dan hak hukum komunitas LGBT

Homoseksualitas telah lama dianggap sebagai penyakit mental dan dianggap sebagai penghinaan bagi masyarakat Barat. Para dokter secara luas menyebut anggota komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) menderita kondisi psikologis pada 1950-an dan 1960-an. Homoseksual dianggap berbahaya dan dianiaya. Namun, kerusuhan Stonewall oleh komunitas LGBT tahun 1969 menyebabkan gerakan pembebasan gay dan memperjuangkan hak-hak LGBT. Dengan kesadaran akan hak-hak homoseksual dan penerimaan masyarakat, semakin banyak orang di Amerika Serikat yang bergabung dengan kelompok LGBT saat ini.

Warisan Revolusi Seksual

Sebelum revolusi seksual, laki-laki yang sudah menikah umumnya menentukan aktivitas seksual bagi perempuan, karena hasrat seksual mereka terkandung dalam konteks pernikahan dan pengertian kesetiaan dan kepatuhan kepada suami mereka. Namun, dengan wanita revolusi dapat menikmati kesenangan dalam pernikahan mereka atau di luar pernikahan mereka. Revolusi seksual juga disalahkan atas kehancuran keluarga tradisional Amerika. Wanita sekarang dapat menunda pernikahan dan kehamilan melalui pil KB sambil tetap aktif secara seksual. Kesucian bukan lagi suatu kebanggaan dalam masyarakat saat ini. Bahkan, mereka yang menunda aktivitas seksual dianggap tidak normal dan naif di masyarakat saat ini.