Apa Perkembangan Psikososial dari Delapan Tahapan Erikson?

Erik Erikson adalah pendiri Teori Perkembangan. Ia mengembangkan serangkaian delapan tahap yang menunjukkan perkembangan manusia yang sehat. Ia sangat terinspirasi oleh Sigmund Fried. Berikut adalah 8 tahapnya yang dibahas.

Kepercayaan versus ketidakpercayaan.

Pada tahun pertama kehidupan, bayi bergantung pada orang lain untuk memberi makan, berpakaian, dan menggendongnya. Orang tua memeluk mereka, berbicara dengan mereka, dan bermain dengan mereka, dan interaksi ini menentukan pandangan hidup anak-anak. Jika kebutuhan fisik dan emosional anak terpenuhi, mereka akan belajar untuk mempercayai lingkungan, sebaliknya, mereka akan menjadi takut dan tidak mempercayai orang-orang dan benda-benda di sekitar mereka.

2 Otonomi versus keraguan.

Pada tahun kedua dan ketiga anak-anak belajar berjalan, berbicara, dan melakukan sesuatu untuk diri mereka sendiri. Dorongan dan konsistensi orang tua dalam disiplin dapat membantu anak mengembangkan otonomi dan kemandirian. Tetapi jika orang tua terlalu protektif atau tidak konsisten dalam teknik pendisiplinan mereka, atau menunjukkan ketidaksetujuan ketika anak-anak melakukan sesuatu sendiri, anak-anak mungkin menjadi ragu dan malu.

3 Inisiatif versus rasa bersalah.

Pada usia 4 dan 5 tahun, anak-anak sudah siap untuk menjelajah, menjelajahi tempat-tempat asing, dan mengenal orang baru. Jika orang tua mendorong rasa ingin tahu dan eksplorasi lingkungan, anak-anak akan lebih mudah menggunakan inisiatif mereka untuk pergi keluar sendiri. Tetapi jika orang tua menghambat tindakan tersebut, anak-anak dapat mengembangkan perasaan bersalah setiap kali mereka mencoba untuk mengambil inisiatif.

4 Industri versus inferioritas.

Dari sekitar usia 6 hingga 11 tahun, anak-anak belajar memanipulasi objek dan peristiwa sendiri. Jika didorong, anak akan mengembangkan rasa industri, akan menikmati pemecahan masalah dan menyelesaikan tugas, dan akan mencari stimulasi intelektual. Jika tidak, anak akan mengembangkan rasa rendah diri dan harus disuap atau dibujuk untuk menyelesaikan tugas.

5 Identitas versus kebingungan peran.

Antara usia 12 dan 18, remaja menghadapi tugas untuk menciptakan rasa identitas pribadi. Untuk mengembangkan rasa identitas pribadi, mereka harus mengintegrasikan semua yang mereka alami sebelumnya. Seorang remaja yang tidak mampu mendamaikan berbagai peran dalam kehidupan menjadi satu identitas dapat mengalami kebingungan peran.

6 Keintiman versus isolasi.

Tantangan masa dewasa awal adalah berhubungan erat dengan orang lain. Seseorang yang gagal memenuhi tantangan ini mungkin merasa terisolasi dan sendirian di dunia.

7 Generativitas versus stagnasi.

Tantangan usia paruh baya adalah berkontribusi pada dunia melalui pekerjaan, keluarga, atau aktivitas lainnya. Seseorang yang gagal memenuhi tantangan ini mungkin menjadi egois atau merasa tidak produktif dan tidak berharga.

8 Integritas versus keputusasaan.

Tantangan usia tua adalah menempatkan hidup seseorang dalam perspektif dan menemukan makna dalam pencapaian seseorang. Seseorang yang percaya bahwa hidup telah penuh dengan kekecewaan dan kegagalan mungkin merasakan rasa putus asa.