Ternyata Ada Beberapa Faktor Yang Bisa Membunuh Produktivitas Karyawan, Apakah Anda?

Padahal, produktivitas terhambat bukan hanya karena koneksi internet yang lambat, wabah penyakit yang membuat daya tahan tubuh karyawan menurun, atau rendahnya fokus kerja yang dimiliki karyawan. Namun, kita juga perlu memperhatikan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi perilaku dan produktivitas karyawan. Dengan kata lain, kita tidak hanya mencari tahu tentang latar belakang produktivitas kerja , faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, dan bagaimana meningkatkan produktivitas kerja, tetapi kita perlu mengetahui faktor-faktor penting lainnya lebih dalam.

Dilansir dari website business news daily dot com, ada 6 hal yang dapat mengganggu produktivitas karyawan dan perlu segera kita perbaiki. Eits! Santai saja. Artikel ini tidak hanya akan mengungkap faktor penghambatnya , tetapi juga membahas solusinya bersama. Mari kita simak penjelasan berikut.

1. Suasana Hati yang Tidak Menyenangkan.

Ada dua macam kategori mood yang kita maksud dalam hal ini, yaitu generatif dan degeneratif. Salah satu faktor utama yang menghambat produktivitas karyawan adalah adanya mood yang degeneratif. Saat ini banyak perusahaan yang memiliki budaya kerja dengan suasana yang tidak nyaman, sehingga mood degeneratif ini sering muncul di benak karyawan.

Beberapa contoh faktor penyebab mood degeneratif adalah ketidakpercayaan, kebencian, sinisme, politik kantor, arogansi dan sikap meremehkan orang lain. Nah, jika kita melihat tanda-tanda sikap tersebut di lingkungan kantor, jangan sampai sikap tersebut merajalela hingga akhirnya mempengaruhi mood karyawan. Masalahnya, mood seperti ini akan membuat produktivitas karyawan menurun. Karyawan tidak dapat menunjukkan potensi, bakat dan semangatnya dalam bekerja, karena merasa lingkungan kerjanya sangat negatif.

Solusinya, manajer dan tim manajemen lainnya harus bersatu untuk membangun lingkungan kerja yang aman dan nyaman . Mereka juga perlu memiliki keterampilan manajemen yang baik dalam mengelola suasana hati karyawan, sehingga karyawan dapat merasa percaya diri dan merasa dipercaya sepenuhnya.

2. Birokrasi perusahaan yang terlalu kaku.

Tanpa disadari, hal ini juga memiliki andil besar dalam menurunkan tingkat produktivitas karyawan. Sayangnya, kebanyakan perusahaan masih menggunakan gaya birokrasi yang sangat kaku. Karyawan dipaksa untuk bekerja dalam struktur yang semakin kompleks dan mengekang kebebasan bekerja mereka.

Struktur ini bertujuan untuk mengatur dan mengontrol hal-hal agar lebih teratur dan berjalan dengan baik. Namun, kenyataannya justru lebih menyusahkan bagi karyawan. Di era cararn ini, manusia dituntut untuk berpikir, berinovasi dan berkolaborasi dengan orang lain serta menghasilkan karya-karya terbaik. Jadi, untuk mendapatkan tingkat kinerja yang maksimal, perusahaan perlu mengubah gaya birokrasi yang kaku menjadi lebih fleksibel. Hal ini sangat diperlukan karena kita tidak akan pernah mencapai tingkat produktivitas dan kinerja yang baik jika kita selalu mendikte setiap langkah karyawan dengan kebijakan, peraturan dan prosedur yang kaku.

3. Kurangnya Budaya Mendengarkan Satu Sama Lain.

Kita hidup di dunia yang membutuhkan toleransi dan rasa hormat yang tinggi , karena sebagai manusia kita perlu diakui oleh manusia lain. Perasaan diakui dan dihargai akan muncul ketika semua ide, pendapat, pendapat atau aspirasi yang kita miliki juga didengar oleh orang lain.

Logikanya, kita akan sangat menghargai pendapat yang muncul dari pemikiran kita sendiri, dan tentunya kita juga ingin jika orang lain menghargai pendapat tersebut. Memang benar bahwa kita tidak harus setuju dengan pendapat yang diungkapkan oleh orang lain, tetapi setidaknya mendengarkan saja sangat berarti.

Mulai sekarang, cobalah untuk membangun budaya mendengarkan orang lain. Kita mencoba mendengarkan para pemimpin, kolega, klien, pelanggan, dan mitra bisnis kita.

4. Terlalu Bergantung pada Data dan Informasi.

Saat ini kita hidup, berkembang dan berkarir di era digital yang dipenuhi dengan perkembangan teknologi yang meroket. Kondisi ini membuat sebagian besar individu sangat percaya dan bergantung pada data dan informasi yang dihasilkan oleh teknologi. Kita sering lupa bahwa data dan informasi tidak akan berguna jika kita tidak memaknainya dengan baik.

Kemudahan akses data dan informasi membuat sumber daya manusia semakin malas dan tidak termotivasi untuk memberikan kinerja yang lebih. Namun pada kenyataannya semua sumber daya dan kekuatan yang ada pada manusia masih jauh lebih baik dari teknologi.

Solusinya adalah dengan menghindari perubahan sumber daya manusia dengan teknologi secara keseluruhan. Hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah menciptakan kolaborasi yang apik antara teknologi dan sumber daya manusia, sehingga kolaborasi ini dapat menciptakan kolaborasi dan inovasi yang hebat untuk pertumbuhan bisnis kita .

5. Kurangnya Dukungan terhadap Inovasi.

Banyak karyawan yang memutuskan untuk keluar dari suatu perusahaan karena merasa tidak dapat berinovasi dengan baik di dalamnya. Hal ini juga merupakan faktor yang merugikan bagi produktivitas karyawan. Logikanya, bagaimana karyawan bisa memberikan produktivitas yang baik, jika ide-ide mereka terkekang dan terhambat oleh ketidaknyamanan yang mereka rasakan.

Solusinya, perusahaan perlu menumbuhkan sikap saling menghargai ide-ide cemerlang yang berujung pada inovasi-inovasi baru. Jika perlu, kita perlu mendorong semangat inovasi dalam diri karyawan sehingga mereka saling bersaing untuk menciptakan inovasi terbaik. Organisasi dan perusahaan yang inovatif hanya dapat terbentuk ketika pemimpin mau merangkul keragaman ide yang ada.

6. Kurangnya Nilai dalam Setiap Pekerjaan.

Kenyataannya, masih banyak pegawai yang menganggap rangkaian tugas yang mereka lakukan hanya menjadi beban. Semua tugas tersebut dilakukan hanya untuk memenuhi nilai dan target perusahaan, tetapi bukan nilai kepuasan yang diharapkan oleh karyawan. Sayangnya, kondisi ini membuat karyawan merasa terjebak karena harus mencari nafkah, menghidupi keluarga, mempersiapkan hidup di hari tua setelah pensiun, dan lain sebagainya.

Jadi, apa yang bisa dilakukan pemimpin dalam kasus ini? Pimpinan dan seluruh tim manajemen lainnya perlu mendorong kerjasama tim yang lebih baik, lebih sering mendengarkan aspirasi, meninggalkan gaya birokrasi yang kaku, sehingga karyawan akan lebih semangat dalam menciptakan pekerjaan yang sesuai dengan ide kreatifnya. Dengan cara ini, karyawan akan menemukan kembali nilai-nilai penting dalam setiap pekerjaan yang mereka selesaikan.