Agregat Moneter: Definisi dan Contoh: Apa itu Agregat Moneter?,Agregat Moneter Dijelaskan

Pengertian Agregat Moneter?

Agregat uang adalah kategori luas yang mengukur jumlah uang beredar dalam suatu perekonomian. Di Amerika Serikat, label dikaitkan dengan agregat moneter standar:

  • MO Fisik mata uang kertas dan koin yang beredar, ditambah cadangan bank yang dipegang oleh bank sentral juga dikenal sebagai basis moneter
  • M1: Semua dari M0, ditambah cek perjalanan dan giro
  • M2: Semua M1, pangsa pasar uang, dan tabungan

Agregat warisan yang dikenal sebagai M3, yang selanjutnya mencakup deposito berjangka lebih dari $100.000 dan dana institusional, belum dilacak oleh Federal Reserve sejak 2006 tetapi masih dihitung oleh beberapa analis.

Ringkasan:

  • Agregat moneter adalah cara formal akuntansi untuk uang, seperti uang tunai atau dana pasar uang.
  • Agregat moneter digunakan untuk mengukur jumlah uang beredar dalam perekonomian nasional.
  • Basis moneter adalah agregat yang mencakup total pasokan mata uang yang beredar ditambah porsi simpanan cadangan bank komersial di dalam bank sentral.
  • Federal Reserve menggunakan agregat uang sebagai metrik untuk bagaimana operasi pasar terbuka mempengaruhi perekonomian.

Agregat Moneter Dijelaskan

Basis moneter adalah agregat moneter yang tidak diamati secara luas dan berbeda dari jumlah uang beredar tetapi tetap sangat penting. Ini termasuk total pasokan mata uang yang beredar di samping porsi cadangan bank komersial yang tersimpan di dalam bank sentral.

Ini terkadang dikenal sebagai uang berdaya tinggi (HPM) karena dapat dikalikan melalui proses perbankan cadangan fraksional. M1 adalah ukuran sempit dari jumlah uang beredar yang mencakup mata uang fisik, giro, cek perjalanan, dan deposito lain yang dapat diperiksa.

M2 adalah perhitungan jumlah uang beredar yang mencakup semua unsur M1 serta “near money” yang mengacu pada tabungan, surat berharga pasar uang, reksa dana, dan deposito berjangka lainnya. Aset ini kurang likuid dibandingkan M1 dan tidak cocok sebagai media pertukaran, tetapi dapat dengan cepat dikonversi menjadi uang tunai atau giro.

$5,25 triliun

Ukuran basis moneter AS per September 2021

Federal Reserve menggunakan agregat uang sebagai metrik untuk bagaimana operasi pasar terbuka, seperti perdagangan sekuritas Treasury atau mengubah tingkat diskonto, mempengaruhi perekonomian. Investor dan ekonom mengamati agregat dengan cermat karena mereka menawarkan gambaran yang lebih akurat tentang ukuran sebenarnya dari pasokan uang kerja suatu negara.

Dengan meninjau laporan mingguan data M1 dan M2, investor dapat mengukur tingkat perubahan agregat uang dan kecepatan moneter secara keseluruhan.

Dampak Agregat Uang

Mempelajari agregat moneter dapat menghasilkan informasi substansial tentang stabilitas keuangan dan kesehatan keseluruhan suatu negara. Misalnya, agregat moneter yang tumbuh terlalu cepat dapat menimbulkan ketakutan akan tingkat inflasi yang tinggi.

Jika ada jumlah uang yang beredar lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk membayar jumlah barang dan jasa yang sama, harga cenderung naik. Jika terjadi tingkat inflasi yang tinggi, kelompok bank sentral mungkin terpaksa menaikkan suku bunga atau menghentikan pertumbuhan jumlah uang beredar.

Jumlah uang yang dikeluarkan Federal Reserve ke dalam perekonomian merupakan indikasi yang lebih baik dari kesehatan ekonomi suatu negara. Selama beberapa dekade, agregat moneter sangat penting untuk memahami ekonomi suatu negara dan merupakan kunci dalam menetapkan kebijakan bank sentral secara umum.

Beberapa dekade terakhir telah mengungkapkan bahwa ada sedikit hubungan antara fluktuasi jumlah uang beredar dan metrik yang signifikan seperti inflasi, produk domestik bruto (PDB), dan pengangguran. Jumlah uang yang dikeluarkan Federal Reserve ke dalam perekonomian merupakan indikator yang jelas dari kebijakan moneter bank sentral.

Jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDB, M2 masih merupakan indikator potensi inflasi yang berguna.

Contoh Dunia Nyata

Menurut The Economist , warga Sudan menuntut pengunduran diri Presiden Omar al-Bashir sebagai tanggapan atas melonjaknya harga pangan dan ekonomi dengan inflasi lebih dari 70%. Protes yang sama juga terjadi di Zimbabwe, di mana catatan obligasi bank sentral, sejenis agregat moneter, meningkatkan kekhawatiran akan hiperinflasi setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar.

Di Afrika, inflasi telah menurun selama bertahun-tahun. Pada 1980-an, seperlima negara di selatan Sahara mengalami inflasi tahunan rata-rata minimal 20%.

Dekade ini hanya Sudan, Sudan Selatan, dan Zimbabwe yang mengalami tingkat inflasi tinggi.