Bank Sentral Irak: Apa itu Bank Sentral Irak?,Bagaimana Bank Sentral Irak Bekerja

Pengertian Bank Sentral Irak?

Istilah Bank Sentral Irak mengacu pada bank sentral nasional Irak. Didirikan sebagai bank sentral independen Irak berdasarkan undang-undang pada tahun 2004, bank ini mengelola kebijakan moneter domestik dan mengawasi sistem keuangan negara.

Biasa disebut sebagai Bank Sentral Irak (CBI), berkantor pusat di Bagdad dan memiliki empat cabang di Basrah, Mosul, Sulaimaniyah, dan Erbil.

Ringkasan:

  • Bank Sentral Irak bertugas menjalankan kebijakan moneter dan mengawasi sistem perbankan negara.
  • CBI didirikan pada tahun 2004 setelah AS menginvasi negara itu.
  • Bank mempertahankan mata uangnya dipatok terhadap dolar AS.
  • CBI telah menghadapi tantangan khusus selama bertahun-tahun, termasuk penjarahan bank oleh ISIS dan fluktuasi harga minyak.

Bagaimana Bank Sentral Irak Bekerja

Bank Sentral Irak didirikan pada 6 Maret 2004, sebagai bank sentral independen negara itu. Pembentukannya diperlukan oleh peristiwa-peristiwa yang mengarah pada dan setelah invasi AS ke Irak serta jatuhnya mantan pemimpin Saddam Hussein.

Bank ini didirikan dengan modal 100 miliar dinar yang disediakan oleh negara dengan imbalan 100% dari modal bank. Pemerintah federal adalah satu-satunya pemilik saham ini, yang tidak dapat dialihkan.

Mustafa Ghaleb diangkat menjadi gubernur bank sentral oleh Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi pada September 2020, menurut laporan dari Reuters. Tujuan utama CBI adalah untuk memastikan stabilitas harga domestik dan untuk mengembangkan sistem keuangan berbasis pasar yang stabil dan kompetitif—sebuah sistem yang terdiri dari bank, perusahaan keuangan, bursa efek, dan perusahaan asuransi.

Dalam memenuhi tujuan tersebut, CBI bertujuan untuk mendukung pertumbuhan dan lapangan kerja yang berkelanjutan di dalam negeri. CBI melakukan fungsi-fungsi utama berikut untuk mencapai tujuan-tujuan ini:

  • Menerapkan kebijakan moneter Irak dan kebijakan nilai tukar
  • Mengelola dan memegang cadangan emas dan devisa Irak
  • Menerbitkan dan mengelola mata uang nasional Irak, dinar Irak (IQD)
  • Mengawasi sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi sektor perbankan

CBI mengelola kebijakan nilai tukar untuk dinar Irak, yang dipatok terhadap dolar AS.

Dana Moneter Internasional (IMF) menggambarkan patokan tersebut sebagai jangkar utama bagi ekonomi—sebagian adalah patokan USD yang menghasilkan inflasi rendah dan stabil yang berkelanjutan di Irak, rata-rata sekitar 2% selama beberapa tahun. Jika Anda tertarik untuk berinvestasi di Irak, bicarakan dengan penasihat keuangan atau pialang Anda tentang obligasi, reksadana, atau dana yang diperdagangkan di bursa.

Pertimbangan Khusus

CBI menghadapi sejumlah tantangan, termasuk pengelolaan kebijakan moneternya. Salah satu masalah utama yang menjadi perhatian berasal dari pemberontakan ISIS di beberapa bagian negara.

Kelompok ini diyakini bertanggung jawab atas sejumlah gangguan keuangan yang parah. Menurut laporan Newsweek, CBI mengatakan ISIS menjarah sekitar $800 juta dari bank-bank negara antara tahun 2014 dan 2017, yang sebagian besar didenominasi dalam dinar Irak.

Ini termasuk cadangan dari Bank Dagang Mosul—institusi utama yang digunakan Bagdad untuk perdagangan dan pembiayaan. Masalah utama lainnya untuk bank sentral berasal dari volatilitas dan fluktuasi harga minyak.

Ekspor minyak merupakan sumber utama mata uang asing bagi Irak dan, karenanya, penting bagi perekonomian negara. Menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), ekspor minyak mentah Irak mencapai hampir 4 juta barel pada 2019.

Penurunan harga minyak—merupakan kekuatan pendorong di balik penurunan cadangan devisa Irak—dari $54 miliar pada akhir pada tahun 2015 menjadi $45 miliar pada akhir tahun 2016. Harga minyak dunia jatuh pada awal 2020 membuat kondisi ekonomi dan sosial di negara yang dilanda perang itu berada di bawah tekanan ekstrem.

Total pendapatan minyak Irak turun hampir setengah dari $5,05 miliar pada Februari 2020 menjadi $2,99 miliar pada bulan Maret. Kurangnya langkah-langkah Irak untuk mencegah pencucian uang dan pendanaan kontra-teroris bersamaan dengan kegagalannya untuk memperkuat undang-undang anti-korupsi juga menjadi faktor tantangan CBI.

Karena kurangnya tindakan negara untuk bergerak maju dalam isu-isu ini, itu dihapus dari Satuan Tugas Aksi Keuangan (FATF), yang dibentuk pada tahun 1989 sebagai cara bagi negara-negara anggota untuk bekerja sama memerangi masalah-masalah global ini. Konsultasi antara Irak dan IMF mencakup isu-isu seperti kerangka kebijakan fiskalnya serta kebutuhan akan undang-undang seputar antikorupsi dan kerja sama antara lembaga pemerintah yang berbeda.

Dengan demikian, Irak tidak dibawa kembali ke FATF tetapi tetap menjadi subjek pemantauan.