Menghitung PDB Dengan Pendekatan Pendapatan: Cara Menghitung PDB,Rumus Pendekatan Pendapatan

Pendekatan pendapatan untuk mengukur produk domestik bruto (PDB) didasarkan pada realitas akuntansi bahwa semua pengeluaran dalam perekonomian harus sama dengan total pendapatan yang dihasilkan oleh produksi semua barang dan jasa ekonomi. Ini juga mengasumsikan bahwa ada empat faktor produksi utama dalam suatu perekonomian dan bahwa semua pendapatan harus masuk ke salah satu sumber ini.

Oleh karena itu, dengan menjumlahkan semua sumber pendapatan, perkiraan cepat dapat dibuat dari total nilai produksi kegiatan ekonomi selama satu periode. Penyesuaian kemudian harus dilakukan untuk pajak, depresiasi, dan pembayaran faktor luar negeri.

Ringkasan:

  • Pendekatan pendapatan untuk menghitung produk domestik bruto (PDB) menyatakan bahwa semua pengeluaran ekonomi harus sama dengan total pendapatan yang dihasilkan oleh produksi semua barang dan jasa ekonomi.
  • Metode alternatif untuk menghitung PDB adalah pendekatan pengeluaran, yang dimulai dengan uang yang dibelanjakan untuk barang dan jasa.
  • PDB memberikan gambaran ekonomi yang lebih luas.
  • Neraca pendapatan dan produk nasional (NIPA) membentuk dasar untuk mengukur PDB dan memungkinkan orang menganalisis dampak variabel, seperti kebijakan moneter dan fiskal.

Cara Menghitung PDB

PDB = Total Pendapatan Nasional + Pajak Penjualan + Depresiasi + Pendapatan Faktor Asing Bersih di mana: Total Pendapatan Nasional = Jumlah semua upah, sewa, bunga, dan keuntungan Pajak Penjualan = Pajak konsumen yang dikenakan oleh pemerintah atas penjualan barang dan jasa Depresiasi = Biaya yang dialokasikan ke aset berwujud selama masa manfaatnya Pendapatan Faktor Asing Bersih ⁣ = ⁣ Selisih antara total pendapatan yang dihasilkan oleh warga negara dan perusahaan di luar negeri, versus total pendapatan yang dihasilkan oleh warga negara dan perusahaan asing di negara domestik begin{sejajar }&text{PDB}=text{Total Pendapatan Nasional}\&qquadquad+text{Pajak Penjualan}+text{Depresiasi}\&qquadquad+text{Pendapatan Faktor Luar Negeri Bersih} &textbf{di mana:}\&text{Total Pendapatan Nasional}=text{Jumlah semua}\&quadtext{upah, sewa, bunga, dan laba}\&text{Penjualan Pajak}=text{Pajak konsumen}\&quadtext{dikenakan oleh pemerintah}\&quadtext{atas penjualan barang dan}\&quadtext{jasa}\& text{Depresiasi}=text{Biaya dialokasikan ke a}\&quadtext{aset berwujud selama masa manfaatnya}\&text{Pendapatan Faktor Asing Bersih}!=!text{Perbedaan}\&quadtext{antara total pendapatan yang a}\&quadtext{warga negara dan perusahaan}\&quadtext{menghasilkan di luar negeri,}\&quadtext{versus total pendapatan asing}\& quadtext{pendapatan warga negara dan perusahaan}\&quadtext{dalam negeri}end{selaras} ​PDB = Total Pendapatan Nasional + Pajak Penjualan + Depresiasi + Pendapatan Faktor Asing Nettodimana:Total Pendapatan Nasional = Jumlah dari semua upah, sewa, bunga, dan laba Pajak Penjualan = Pajak konsumen yang dikenakan oleh pemerintah atas penjualan barang dan jasa Depresiasi = Biaya yang dialokasikan ke aset berwujud selama masa manfaatnya Pendapatan Faktor Asing Bersih = Selisih antara total pendapatan yang dihasilkan oleh warga negara dan perusahaan di luar negeri, versus total pendapatan yang dihasilkan oleh warga negara asing dan perusahaan di dalam negeri

Secara umum ada dua cara untuk menghitung PDB: pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Masing-masing pendekatan ini terlihat paling mendekati nilai moneter dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama periode tertentu (biasanya satu tahun).

Perbedaan utama antara setiap pendekatan adalah titik awalnya. Pendekatan pengeluaran dimulai dengan uang yang dibelanjakan untuk barang dan jasa.

Sebaliknya, pendekatan pendapatan dimulai dengan pendapatan yang diperoleh (upah, sewa, bunga, dan laba) dari produksi barang dan jasa.

Rumus Pendekatan Pendapatan

Formula pendekatan pendapatan terhadap PDB dapat dinyatakan sebagai berikut:

TNI = Pajak Penjualan + Depresiasi + NFFI dimana: TNI = Total pendapatan nasional NFFI = Pendapatan faktor luar negeri bersih begin{aligned} &text{TNI} = text{Pajak Penjualan} + text{Depresiasi} + text{NFFI } \ &textbf{di mana:} \ &text{TNI} = text{Total pendapatan nasional} \ &text{NFFI} = text{Pendapatan luar negeri bersih} \ end{sejajar} ​TNI = Pajak Penjualan + Depresiasi + NFFIdimana:TNI = Total pendapatan nasionalNFFI = Net foreign factor income

Total pendapatan nasional sama dengan jumlah semua upah ditambah sewa ditambah bunga dan keuntungan.

Mengapa PDB Penting

Beberapa ekonom mengilustrasikan pentingnya PDB dengan membandingkan kemampuannya untuk memberikan gambaran ekonomi tingkat tinggi dengan satelit di ruang angkasa yang dapat mensurvei cuaca di seluruh benua. PDB memberikan informasi kepada pembuat kebijakan dan bank sentral untuk menilai apakah ekonomi berkontraksi atau berkembang, apakah perlu dorongan atau pengendalian, dan jika ancaman seperti resesi atau inflasi membayangi cakrawala.

Neraca pendapatan dan produk nasional (NIPA), yang membentuk dasar untuk mengukur PDB, memungkinkan pembuat kebijakan, ekonom, dan bisnis menganalisis dampak variabel seperti kebijakan fiskal dan moneter, dan guncangan ekonomi (seperti lonjakan harga minyak), serta rencana pajak dan rencana pengeluaran untuk ekonomi secara keseluruhan dan komponen spesifiknya. Seiring dengan kebijakan dan institusi yang lebih terinformasi, penggunaan akun nasional yang terampil oleh pembuat kebijakan telah berkontribusi pada pengurangan yang signifikan dalam keparahan siklus bisnis sejak akhir Perang Dunia II.

Siklus Ekonomi dan PDB

PDB memang berfluktuasi karena siklus bisnis. Ketika ekonomi berkembang pesat dan PDB meningkat, tekanan inflasi meningkat dengan cepat karena tenaga kerja dan kapasitas produktif mendekati pemanfaatan penuh.

Hal ini menyebabkan otoritas bank sentral memulai siklus kebijakan moneter yang lebih ketat untuk mendinginkan ekonomi yang terlalu panas dan memadamkan inflasi. Ketika suku bunga naik, perusahaan mengurangi, ekonomi melambat, dan perusahaan memotong biaya.

Untuk memutus siklus tersebut, bank sentral harus melonggarkan kebijakan moneter untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja hingga ekonomi kuat kembali.