Pengertian Kemiskinan: Arti, Penyebab, Jenis, dan Dampaknya dalam Kehidupan Masyarakat

Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan sosial yang paling kompleks dan berdampak luas dalam kehidupan manusia. Ia tidak hanya berkaitan dengan kekurangan pendapatan, tetapi juga menyangkut keterbatasan dalam mengakses kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja yang layak. Pengertian kemiskinan secara umum adalah kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi standar hidup minimum yang layak menurut ukuran masyarakat.

Kemiskinan bisa menjadi cermin dari ketimpangan ekonomi, kegagalan sistem sosial, ketidakmerataan pembangunan, serta lemahnya perlindungan terhadap kelompok rentan. Dalam masyarakat modern, kemiskinan tidak hanya dilihat dari sudut ekonomi, tetapi juga dari sisi psikologis, sosial, bahkan politik. Oleh karena itu, memahami kemiskinan tidak cukup hanya dengan melihat angka statistik, tetapi harus juga menyentuh aspek kemanusiaan yang lebih dalam.


Definisi Kemiskinan dalam Konteks Ekonomi dan Sosial

Dari sisi ekonomi, kemiskinan sering kali diukur dengan pendapatan seseorang atau rumah tangga. Jika pendapatan tersebut berada di bawah garis kemiskinan yang ditentukan oleh pemerintah atau lembaga internasional seperti Bank Dunia, maka seseorang dianggap miskin. Misalnya, seseorang yang hidup dengan penghasilan kurang dari $2,15 per hari dikategorikan sebagai sangat miskin secara global. Namun, definisi ini tidak selalu mencerminkan realitas di lapangan.

Dalam kenyataan sosial, kemiskinan melibatkan lebih dari sekadar kurang uang. Ia juga mencakup kekurangan akses terhadap pendidikan yang berkualitas, layanan kesehatan, pekerjaan yang bermartabat, air bersih, listrik, dan keamanan. Misalnya, seorang buruh tani di pedesaan mungkin memiliki cukup uang untuk makan, tetapi tidak memiliki akses terhadap sekolah atau fasilitas kesehatan yang layak. Ia tetap hidup dalam kemiskinan struktural karena peluangnya untuk keluar dari kondisi tersebut sangat terbatas.


Penyebab Kemiskinan: Faktor Individu dan Sistemik

Kemiskinan tidak lahir dengan sendirinya, tetapi muncul dari berbagai faktor yang saling terkait. Sebagian faktor bersifat individual, namun sebagian besar berasal dari sistem yang menciptakan ketimpangan dan diskriminasi.

  • Pendidikan yang rendah: Individu yang tidak memiliki pendidikan formal cenderung sulit mendapatkan pekerjaan yang layak. Contohnya, seorang anak yang putus sekolah sejak SD karena tidak mampu membayar seragam dan buku pelajaran akan mengalami kesulitan bersaing di pasar kerja modern.

  • Keterbatasan akses terhadap lapangan kerja: Di banyak daerah, terutama pedesaan dan wilayah terpencil, kesempatan kerja yang layak sangat terbatas. Banyak orang akhirnya terjebak dalam pekerjaan informal dengan penghasilan tidak menentu, seperti buruh harian lepas, pengemis, atau pedagang kaki lima yang sering digusur.

  • Ketimpangan pembangunan antarwilayah: Pembangunan yang terkonsentrasi di kota besar membuat wilayah lain tertinggal. Misalnya, fasilitas pendidikan dan kesehatan di Jakarta sangat berbeda dibandingkan dengan desa di pedalaman Papua. Ketimpangan ini memperbesar jurang kemiskinan antarwilayah.

  • Bencana alam dan konflik sosial: Banjir, gempa, pandemi, hingga konflik horizontal dapat menghancurkan mata pencaharian dan membuat orang jatuh miskin dalam waktu singkat. Misalnya, seorang pedagang kecil yang tokonya hancur karena gempa tidak hanya kehilangan penghasilan, tetapi juga kehilangan aset dan jaringan sosialnya.

  • Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat kecil: Subsidi yang tidak tepat sasaran, korupsi, atau sistem perpajakan yang tidak adil bisa memperparah kemiskinan. Ketika bantuan sosial tidak sampai kepada yang berhak, maka kelompok miskin menjadi semakin tertinggal.


Jenis-Jenis Kemiskinan: Absolut dan Relatif

Kemiskinan dapat dibedakan ke dalam dua jenis utama: kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

  • Kemiskinan absolut merujuk pada kondisi di mana seseorang tidak memiliki cukup sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup, seperti makanan bergizi, pakaian, tempat tinggal, dan air bersih. Misalnya, keluarga yang setiap harinya hanya mampu makan satu kali dan tinggal di rumah tanpa atap layak.

  • Kemiskinan relatif lebih bersifat perbandingan dengan standar hidup masyarakat sekitarnya. Seseorang mungkin tidak kelaparan, tetapi tetap dianggap miskin jika tidak mampu mengakses pendidikan yang baik, fasilitas kesehatan, atau sarana transportasi. Contohnya, anak dari keluarga miskin di kota besar yang tidak mampu memiliki laptop untuk belajar daring saat pandemi, sementara teman-temannya sudah menggunakan perangkat digital canggih.

Kedua jenis kemiskinan ini sama-sama merugikan, namun memiliki pendekatan penyelesaian yang berbeda. Kemiskinan absolut menuntut intervensi langsung seperti bantuan makanan atau tempat tinggal. Sedangkan kemiskinan relatif menuntut kebijakan jangka panjang seperti reformasi pendidikan dan distribusi ekonomi yang lebih merata.


Dampak Kemiskinan dalam Kehidupan Sehari-Hari

Kemiskinan tidak hanya berdampak pada individu yang mengalaminya, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga miskin cenderung mengalami gizi buruk, putus sekolah, dan keterbatasan dalam mengembangkan potensi. Ini akan menciptakan lingkaran setan kemiskinan antargenerasi yang sulit diputuskan.

Misalnya, seorang anak yang sejak kecil harus membantu orang tuanya bekerja di sawah, tidak sempat belajar dengan baik, lalu putus sekolah karena tidak ada biaya. Ketika dewasa, ia kembali menjadi buruh tani seperti orang tuanya, dan pola ini berulang pada generasi berikutnya. Tanpa intervensi yang serius, kemiskinan akan terus diwariskan.

Selain itu, kemiskinan juga berkontribusi terhadap tingginya angka kriminalitas dan konflik sosial. Ketika orang tidak memiliki akses terhadap penghasilan dan keadilan, mereka cenderung merasa frustrasi dan bisa bertindak nekat. Dalam banyak kasus, kemiskinan mendorong seseorang melakukan pencurian kecil atau menjadi korban eksploitasi kerja.

Dalam skala nasional, tingginya angka kemiskinan menjadi beban besar bagi negara. Pemerintah harus mengalokasikan dana besar untuk bantuan sosial, sementara potensi produktif masyarakat tidak termanfaatkan secara maksimal. Ini bisa menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan ketimpangan sosial yang berujung pada ketidakstabilan politik.


Upaya Mengurangi Kemiskinan

Mengatasi kemiskinan bukan hanya soal memberi bantuan tunai, tetapi juga tentang menciptakan sistem yang adil dan memberi kesempatan kepada semua orang untuk berkembang. Salah satu upaya efektif adalah melalui pendidikan gratis dan berkualitas, karena pendidikan membuka pintu kesempatan kerja yang lebih baik.

Contohnya, program beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) telah membantu jutaan anak dari keluarga miskin agar bisa tetap bersekolah. Dengan pendidikan, anak-anak dari keluarga miskin bisa memperoleh pekerjaan formal dan keluar dari lingkaran kemiskinan.

Selain itu, pelatihan kerja dan akses terhadap modal usaha juga penting, agar masyarakat bisa menciptakan penghasilan secara mandiri. Misalnya, seorang ibu rumah tangga yang diberi pelatihan membuat keripik dan modal awal Rp500.000 bisa mulai berdagang dari rumah, dan perlahan meningkatkan pendapatannya.

Pemerintah juga harus memastikan bahwa program bantuan sosial seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), PKH (Program Keluarga Harapan), dan BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) benar-benar sampai kepada yang berhak, dan tidak diselewengkan oleh oknum tertentu.


Kesimpulan

Kemiskinan adalah masalah multidimensi yang tidak bisa diatasi hanya dengan solusi instan. Memahami pengertian kemiskinan secara mendalam membantu kita menyadari bahwa ini bukan sekadar soal kurang uang, tapi juga tentang ketidakadilan sistem, keterbatasan akses, dan hilangnya harapan. Ia adalah cermin dari bagaimana masyarakat memperlakukan anggotanya yang paling lemah.

Oleh karena itu, memberantas kemiskinan memerlukan kerja bersama: dari pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, hingga individu. Langkah-langkah konkret seperti pendidikan berkualitas, penciptaan lapangan kerja, dan kebijakan ekonomi yang inklusif bisa memutus mata rantai kemiskinan dan membuka jalan menuju masyarakat yang lebih adil, makmur, dan berperikemanusiaan.

  • Penyebab Kemiskinan: Mengurai Akar Masalah dan Dampaknya bagi Kehidupan Sosial
  • Perbedaan Antara Kemiskinan Absolut dan Kemiskinan Relatif