Efek Kekayaan: Definisi dan Contoh: Apa itu Efek Kekayaan?,Bagaimana Efek Kekayaan Bekerja

Pengertian Efek Kekayaan?

Efek kekayaan adalah perilaku ekonomi teori yang menyarankan itu orang membelanjakan lebih banyak saat nilai aset mereka meningkat. Idenya adalah agar konsumen merasa lebih aman secara finansial dan percaya diri tentang kekayaan mereka saat berada di rumah atau portofolio investasi meningkat nilainya.

Mereka dibuat merasa lebih kaya, meskipun pendapatan dan biaya tetap mereka sama seperti sebelumnya.

Ringkasan:

  • Efek kekayaan berpendapat bahwa konsumen merasa lebih aman secara finansial dan percaya diri tentang kekayaan mereka ketika rumah mereka atau portofolio investasi meningkat nilainya.
  • Mereka dibuat merasa lebih kaya, meskipun pendapatan dan biaya tetap mereka sama seperti sebelumnya.
  • Kritikus berpendapat bahwa peningkatan pengeluaran mengarah pada apresiasi aset, bukan sebaliknya, dan hanya nilai rumah yang lebih tinggi yang berpotensi dikaitkan dengan pengeluaran yang lebih tinggi.

2:05

Efek Kekayaan

Bagaimana Efek Kekayaan Bekerja

Efek kekayaan mencerminkan efek psikologis dari kenaikan nilai aset, seperti yang terjadi selama pasar bullish, terhadap perilaku belanja konsumen. Konsep tersebut mengasah bagaimana perasaan aman, yang disebut sebagai kepercayaan konsumen, diperkuat oleh peningkatan yang cukup besar dalam nilai portofolio investasi.

Keyakinan ekstra berkontribusi pada tingkat pengeluaran yang lebih tinggi dan tingkat tabungan yang lebih rendah. Teori ini juga dapat diterapkan pada bisnis.

Perusahaan cenderung meningkatkan tingkat perekrutan dan belanja modal (CapEx) sebagai respons terhadap kenaikan nilai aset, dengan cara yang serupa dengan yang diamati di sisi konsumen. Artinya, pertumbuhan ekonomi akan menguat selama pasar bullish—dan terkikis di pasar bearish.

Pertimbangan Khusus

Sepintas, anggapan bahwa efek kekayaan memacu konsumsi pribadi memang masuk akal. Masuk akal untuk berasumsi bahwa siapa pun yang memiliki keuntungan besar dari rumah atau portofolio saham akan lebih cenderung menghabiskan liburan yang mahal, mobil baru, atau barang-barang pilihan lainnya.

Namun demikian, para pengkritik menyatakan bahwa peningkatan kekayaan aset seharusnya memiliki dampak yang jauh lebih kecil terhadap pengeluaran konsumen daripada faktor-faktor lain, seperti pajak, pengeluaran rumah tangga, dan tren ketenagakerjaan. Mengapa? Karena keuntungan nilai portofolio investor sebenarnya tidak sama dengan pendapatan yang dapat dibelanjakan yang lebih tinggi.

Awalnya, keuntungan pasar saham harus dianggap belum terealisasi. Keuntungan yang belum direalisasi adalah keuntungan yang ada di atas kertas, tetapi belum dijual dengan imbalan uang tunai.

Hal yang sama berlaku untuk meroketnya harga properti.

Contoh Efek Kekayaan

Pendukung efek kekayaan dapat menunjuk ke beberapa kesempatan ketika kenaikan suku bunga dan pajak yang signifikan selama pasar bullish gagal mengerem pengeluaran konsumen. Peristiwa pada tahun 1968 memberikan contoh yang baik.

Pajak dinaikkan 10%, namun orang terus membelanjakan lebih banyak. Meskipun pendapatan yang dapat dibelanjakan menurun karena beban pajak tambahan, kekayaan terus tumbuh karena pasar saham terus naik lebih tinggi.

Kritik terhadap Efek Kekayaan

Namun, masih ada banyak perdebatan di antara pakar pasar tentang apakah efek kekayaan benar-benar ada atau tidak, terutama dalam konteks pasar saham. Beberapa percaya efeknya lebih berkaitan dengan korelasi dan bukan sebab-akibat, mengusulkan bahwa peningkatan pengeluaran mengarah pada apresiasi aset, bukan sebaliknya.

Perumahan vs Efek Kekayaan Pasar Saham

Meskipun belum terhubung secara pasti, ada bukti yang lebih kuat yang menghubungkan peningkatan pengeluaran dengan nilai rumah yang lebih tinggi. Tokoh ekonomi Karl Case dan Robert Shiller, pengembang indeks harga rumah Case-Shiller, bersama dengan John Quigley berangkat untuk meneliti teori efek kekayaan dengan mengumpulkan data dari tahun 1982 hingga 1999.

Hasilnya, disajikan dalam makalah berjudul “Membandingkan Kekayaan Efek: Pasar Saham versus Pasar Perumahan,” menemukan “bukti paling lemah” dari efek kekayaan pasar saham, tetapi bukti kuat bahwa variasi kekayaan pasar perumahan memiliki efek penting terhadap konsumsi. Para penulis kemudian memperluas studi mereka tentang kekayaan dan pengeluaran konsumen di panel negara bagian AS hingga periode 37 tahun yang diperluas, dari tahun 1975 hingga kuartal kedua tahun 2012.

Hasilnya, yang dirilis pada Januari 2013, mengungkapkan bahwa peningkatan kekayaan perumahan, mirip dengan kenaikan antara tahun 2001 dan 2005, akan meningkatkan belanja rumah tangga dengan total sekitar 4,3% selama empat tahun. Sebaliknya, penurunan kekayaan perumahan yang sebanding dengan kehancuran antara tahun 2005 dan 2009 akan menyebabkan penurunan pengeluaran sekitar 3,5%.

Beberapa ekonom lain telah mendukung klaim bahwa peningkatan kekayaan perumahan mendorong pengeluaran ekstra. Namun, yang lain membantah teori ini dan mengklaim bahwa penelitian sebelumnya tentang topik tersebut telah dilebih-lebihkan.