Jaringan Bambu: Apa itu Jaringan Bambu?,Memahami Jaringan Bambu

Pengertian Jaringan Bambu?

Yang dimaksud dengan “jaringan bambu” adalah jaringan ikatan bisnis antara perusahaan yang dimiliki oleh keluarga etnis Tionghoa atau ekspatriat Tionghoa di Asia Tenggara. Sebagian besar bisnis ini ditemukan di wilayah metropolitan besar seperti Hong Kong, Singapura, dan Kuala Lumpur.

Perusahaan-perusahaan ini biasanya didirikan, menengah, dan milik keluarga, dan terkait dengan ekonomi Tiongkok Raya.

Ringkasan:

  • Jaringan bambu adalah sistem ikatan bisnis informal antara bisnis keluarga yang dimiliki oleh ekspatriat Tionghoa atau pengusaha etnis Tionghoa.
  • Banyak bisnis dalam jaringan bambu berbasis di kota-kota dengan populasi Tionghoa yang besar, seperti Hong Kong, Singapura, Bangkok, atau Kuala Lumpur.
  • Bisnis jaringan bambu biasanya milik keluarga dan disatukan oleh loyalitas anak serta ikatan kerja.
  • Kekuatan jaringan bambu sangat signifikan di Asia Tenggara, di mana tiga perempat dari kekayaan miliarder dipegang oleh etnis Tionghoa.

Memahami Jaringan Bambu

Istilah “jaringan bambu” diciptakan untuk mengkonseptualisasikan hubungan antara bisnis yang dioperasikan di luar negeri dan orang-orang etnis Tionghoa di seluruh dunia. Itu tidak memiliki keanggotaan atau organisasi formal; sebaliknya, itu mengacu pada sistem informal ikatan keluarga, hubungan pribadi, dan guanxi.

Sebagian besar jaringan bambu berpusat di sekitar Asia Tenggara, di mana orang Cina telah menjadi minoritas yang kuat secara ekonomi dan makmur selama ratusan tahun. Hari ini, Cina memberikan pengaruh ekonomi yang kuat di seluruh wilayah.

Konsep jaringan bambu kembali ke masa kolonialisme Eropa di Asia Tenggara. Selama periode ini, para saudagar dan pedagang Tionghoa bergerak melampaui batas negara, mendirikan toko di negara lain seperti Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia.

Ketika komunitas ini mulai berkembang, mereka mulai mengembangkan jaringan bisnis mereka sendiri—lengkap dengan pemasaran, modal, dan cara untuk mendistribusikan barang dan jasa satu sama lain di seluruh bagian benua itu. Jaringan bambu saat ini terutama terkonsentrasi di wilayah metropolitan besar seperti:

  • Hongkong
  • Makau
  • Taipei
  • Manila
  • Jakarta
  • Singapura
  • Bangkok
  • Kuala Lumpur
  • Kota Ho Chi Minh

Sejak pergantian abad ke-21, Asia Tenggara pasca-kolonial telah menjadi pilar penting ekonomi Tionghoa perantauan, karena jaringan bambu mewakili simbol penting yang memanifestasikan dirinya sebagai pos terdepan ekonomi internasional Tiongkok.

Jaringan bambu mengacu pada satu set ikatan bisnis informal, bukan jaringan terorganisir.

Ukuran Jaringan Bambu

Mengingat sifat informal dari hubungan bisnis ini, sulit untuk menempatkan angka pasti tentang ukuran dan jangkauan jaringan bambu. Namun, ada sedikit keraguan bahwa pengusaha Cina memainkan peran besar dalam perekonomian Asia Tenggara, khususnya Singapura, Thailand, Filipina, dan Indonesia.

Kesuksesan ini secara luas dikaitkan dengan nilai-nilai hemat dan kerja keras Konfusianisme, dikombinasikan dengan kesetiaan berbakti yang membuat sulit untuk menghancurkan kekayaan keluarga dan mahal untuk memutuskan ikatan bisnis. Kesuksesan para pengusaha etnis Tionghoa semakin terasa pada tahun 1990-an, ketika ekonomi terbuka Tiongkok memberikan peluang baru bagi para pedagang luar negeri.

Menurut beberapa perkiraan, pada tahun 1998, komunitas Tionghoa di Asia Tenggara memiliki populasi gabungan sebesar 55 juta, tetapi kekayaan bersih gabungan lebih dari $600 miliar. Pada tahun 2019, Economist Intelligence Unit memperkirakan bahwa tiga perempat dari kekayaan miliarder di Asia Tenggara dipegang oleh etnis Tionghoa, yang hanya terdiri dari 5% dari populasi.

Pengaruh ini sangat menonjol di Thailand, di mana dua puluh dari 31 miliarder negara itu adalah etnis Tionghoa. Di Singapura, negara dengan 22 miliarder, 20 diantaranya adalah etnis Tionghoa.

75%

Menurut beberapa perkiraan, tiga perempat dari kekayaan miliarder di Asia Tenggara dikuasai oleh pengusaha etnis Tionghoa.

Pertimbangan Khusus

Keluarga memainkan peran yang sangat penting dalam bisnis Cina termasuk di Asia Tenggara. Bisnis umumnya dimiliki dan dioperasikan oleh keluarga, dengan unit yang menyediakan sebagian besar modal, tenaga kerja, dan manajemen yang dibutuhkan untuk menjalankannya.

Karena mereka menjalankan bisnis keluarga, perusahaan-perusahaan ini tidak memiliki masalah dengan loyalitas, overhead rendah, atau fleksibilitas. Bisnis dalam jaringan bambu sebagian besar berukuran kecil atau menengah, tetapi beberapa telah mengumpulkan kekayaan miliarder.

Gaya kepemimpinan bisnis ini cenderung otoriter, dengan pendiri memimpin rantai tersebut. Pemimpin umumnya memiliki otoritas moral, sehingga biasanya sangat sedikit isu dari bawahannya.

Hubungan keluarga, serta hubungan dengan orang dan entitas yang dekat dengan keluarga, lebih dihargai daripada hubungan bisnis tradisional. Ini membuat pembiayaan dan aktivitas perdagangan jauh lebih mudah.

Karena ini adalah perusahaan yang dikelola keluarga, risikonya jauh lebih besar, itulah sebabnya komunikasi antara keluarga dan klan menjadi jauh lebih penting.