Difusi Inovasi Teori: Apa Difusi Teori Inovasi?,Memahami Teori Difusi Inovasi

Apa Difusi Teori Inovasi?

Teori difusi inovasi adalah hipotesis yang menguraikan bagaimana teknologi baru dan kemajuan lainnya menyebar ke seluruh masyarakat dan budaya, mulai dari pengenalan hingga adopsi secara luas. Teori difusi inovasi berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa ide dan praktik baru diadopsi, dengan garis waktu yang berpotensi tersebar dalam jangka waktu yang lama.

Cara inovasi dikomunikasikan ke bagian masyarakat yang berbeda dan opini subjektif terkait dengan inovasi merupakan faktor penting dalam seberapa cepat difusi—atau penyebaran—terjadi. Penting untuk dipahami saat mengembangkan pangsa pasar, teori ini sering dirujuk dalam pemasaran produk baru.

Ringkasan:

  • Teori difusi inovasi menggambarkan pola dan kecepatan di mana ide, praktik, atau produk baru menyebar ke seluruh populasi.
  • Pemain utama dalam teori ini adalah inovator, pengadopsi awal, mayoritas awal, mayoritas akhir, dan lamban.
  • Dalam pemasaran, teori difusi inovasi ini sering diterapkan untuk membantu memahami dan mempromosikan adopsi produk baru.
  • Penerapan teori ini biasanya berfokus pada identifikasi dan perekrutan pengadopsi awal yang berpengaruh untuk membantu mempercepat penerimaan konsumen.

Memahami Teori Difusi Inovasi

Teori ini dikembangkan oleh EM Rogers, seorang ahli teori komunikasi di University of New Mexico, pada tahun 1962. Mengintegrasikan teori sosiologis sebelumnya tentang perubahan perilaku, teori ini menjelaskan perjalanan suatu ide melalui tahapan adopsi oleh aktor yang berbeda.

Orang-orang utama dalam teori difusi inovasi adalah:

  • Inovator: Orang yang terbuka terhadap risiko dan yang pertama mencoba ide-ide baru.
  • Pengadopsi awal: Orang yang tertarik untuk mencoba teknologi baru dan membangun kegunaannya di masyarakat.
  • Mayoritas awal: Mereka yang membuka jalan bagi penggunaan suatu inovasi dalam masyarakat arus utama dan merupakan bagian dari populasi umum.
  • Mayoritas akhir: Bagian lain dari populasi umum—kumpulan orang yang mengikuti mayoritas awal untuk mengadopsi inovasi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.
  • Laggards: Orang yang ketinggalan populasi umum dalam mengadopsi produk inovatif dan ide-ide baru. Ini terutama karena mereka menghindari risiko dan mengatur cara mereka melakukan sesuatu.

    Akhirnya, sapuan inovasi melalui masyarakat arus utama membuat mereka tidak mungkin menjalani kehidupan sehari-hari (dan bekerja) tanpanya. Akibatnya, mereka terpaksa mulai menggunakannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat difusi inovasi termasuk percampuran pedesaan ke perkotaan dalam populasi masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat, dan tingkat industrialisasi dan pembangunan.

Masyarakat yang berbeda cenderung memiliki tingkat adopsi yang berbeda — tingkat di mana anggota masyarakat menerima inovasi baru. Tingkat adopsi untuk berbagai jenis inovasi bervariasi.

Misalnya, masyarakat mungkin telah mengadopsi internet lebih cepat daripada mengadopsi mobil karena biaya, aksesibilitas, dan keakraban dengan perubahan teknologi.

Contoh Teori Difusi Inovasi

Sementara teori difusi inovasi dikembangkan selama pertengahan 1900-an, sebagian besar teknologi baru dalam kemajuan manusia, apakah itu mesin cetak selama abad ke-16 atau internet pada abad ke-20, telah mengikuti jalur serupa untuk diadopsi secara luas. Teori difusi inovasi banyak digunakan oleh pemasar untuk mempromosikan adopsi produk mereka.

Dalam kasus seperti itu, pemasar umumnya menemukan sekelompok orang awal yang sangat menyukai produk. Pengadopsi awal ini bertanggung jawab untuk menginjili kegunaannya bagi audiens arus utama.

Contoh terbaru dari metode ini adalah Facebook. Ini dimulai sebagai produk yang ditargetkan untuk pelajar dan profesional di lembaga pendidikan.

Karena penggunaan siswa meningkat di luar sekolah, situs media sosial menyebar ke masyarakat arus utama dan lintas batas. Teori difusi inovasi juga digunakan untuk merancang program kesehatan masyarakat.

Sekali lagi, sekumpulan orang dipilih sebagai pengadopsi awal dari teknologi atau praktik baru dan menyebarkan kesadaran tentang hal itu kepada orang lain. Namun, keterbatasan budaya sering menghambat program tersebut untuk menjadi sukses.