Dragon Bond. – (Keuangan)


Apa Dragon Bond?

Dragon bond adalah jaminan hutang jangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan yang beroperasi di negara-negara Asia (tidak termasuk Jepang), tetapi dalam mata uang asing yang stabil, seperti dolar AS ( USD ) atau yen Jepang ( JPY ).

Poin Penting

  • Obligasi Naga adalah obligasi korporasi Asia, kecuali Jepang, tetapi dalam mata uang asing.
  • Obligasi naga dalam mata uang yang dianggap lebih stabil daripada mata uang dalam negeri untuk membantu mengurangi risiko nilai tukar mata uang asing.
  • Obligasi naga, yang diperkenalkan oleh Asian Development Bank (ADB) pada tahun 1991, serupa dengan obligasi eurobond yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Eropa dalam mata uang asing.

Memahami Ikatan Naga

Dragon bond adalah jaminan pendapatan tetap dalam mata uang yang dianggap lebih stabil daripada mata uang dalam negeri; sebagai hasilnya, hal itu dipandang lebih menarik bagi investor asing. Alasan untuk menyusunnya agar semenarik mungkin bagi investor di luar Asia adalah karena mereka mengurangi risiko nilai tukar mata uang asing yang dapat berdampak pada keuntungan karena nilai mata uang berfluktuasi. Obligasi naga mirip dengan eurobonds dalam denominasi mata uang asing yang likuid dan stabil, tetapi dalam konteks Asia, bukan Eropa.

Obligasi Naga pertama kali diperkenalkan pada tahun 1991 oleh Bank Pembangunan Asia (ADB). Karena denominasi asing, ini bisa menjadi lebih kompleks daripada obligasi lain karena perbedaan perpajakan internasional, masalah kepatuhan peraturan yang dihadapi perusahaan yang menerbitkannya, ditambah likuiditas terbatas dalam memperdagangkannya di pasar sekunder.

Obligasi Naga dan Risiko Mata Uang

Obligasi Naga diciptakan untuk memperluas pasar sekuritas pendapatan tetap di Asia dan mengembangkan pasar keuangan Asia yang lebih aktif. Meskipun perusahaan Asia telah menerbitkan obligasi dalam mata uang lokal, mereka mengimbau investor domestik membatasi akses ke modal. Investor asing seringkali enggan membeli obligasi yang didominasi mata uang yang bisa berfluktuasi dengan cepat. Mata uang seperti dolar AS dan yen Jepang dianggap cukup stabil untuk mengakumulasi aset.

Misalnya, sebuah perusahaan Indonesia mungkin menerbitkan obligasi 20 tahun dalam mata uang Rupiah (IDR), dengan tingkat kupon 4 persen dibayarkan setiap tahun. Jika dolar AS-Rupiah (USD / IDR) adalah 10.000 rupiah per satu dolar AS, maka obligasi 100 juta rupiah akan setara dengan $ 10.000. Setiap pembayaran bunga sebesar 4 juta rupiah akan mewakili $ 400 pada saat obligasi diterbitkan.

Bagi investor Indonesia, investasi 100 juta rupiah akan membayar 4 juta rupiah per tahun dengan pengembalian pokok setelah 20 tahun. Tetapi bagi investor yang membeli obligasi semacam itu dengan dolar AS, pergerakan yang tidak menguntungkan antara nilai relatif kedua mata uang tersebut dapat menciptakan risiko tambahan.

Jika pada tahun berikutnya nilai tukar bergeser dari Rp 10.000 / 1 USD menjadi Rp 11.000 / 1 USD, maka pembayaran kupon pertama sebesar Rp 4 juta hanya akan bernilai sekitar $ 364 bukan $ 400 seperti yang diantisipasi saat obligasi pertama kali diterbitkan. Nilai nominal obligasi senilai 100 juta rupiah akan bernilai sekitar $ 9.091. Dan jika suku bunga yang berlaku naik, nilai obligasi akan semakin rendah.

Namun, obligasi naga dalam mata uang USD, meski masih memiliki risiko suku bunga, tidak akan terkena risiko mata uang. Perekonomian regional telah berubah secara signifikan pada tahun-tahun sejak diperkenalkannya obligasi naga pada tahun 1991, termasuk krisis keuangan Asia tahun 1997 , dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Namun, obligasi naga terus membantu pasar Asia menarik lebih banyak investasi asing.

Artikel terkait

  1. Rupiah Indonesia (IDR)
  2. Obligasi
  3. Treasury Bonds: Investasi Bagus untuk Pensiun?
  4. Asia ex-jepang
  5. Krisis Keuangan Asia.
  6. Ekonomi Westeros: FAQ keuangan untuk mendapatkan penggemar
  7. Opsi Saham Karyawan (ESO)
  8. Bagaimana Risiko Mata Uang Mempengaruhi Obligasi Luar Negeri
  9. Apa itu krisis mata uang?
  10. Brexit