Mengapa Korea Utara Membenci AS: Persepsi Korea Utara,Keretakan

Hubungan antara Korea Utara dan AS melibatkan campuran pendudukan tanah yang tidak stabil, ancaman yang dirasakan satu sama lain, kesalahpahaman dan kadang-kadang misrepresentasi fakta dengan pandangan bias, dan daftar keluhan tanpa akhir yang dikaitkan dengan peristiwa sejarah. AS dan Korea Utara tidak memiliki hubungan diplomatik formal, dan menurut jajak pendapat Gallup baru-baru ini, warga AS melihat Korea Utara sebagai negara yang paling tidak disukai dan ancaman militer paling kritis.

Dalam artikel ini, kami mengkaji alasan utama mengapa Korea Utara tampaknya membenci AS, dan bagaimana situasi geopolitik saat ini dan sejarah panjang membuat hubungan tersebut tegang.

Persepsi Korea Utara

Setelah kemenangan pasukan Sekutu dalam Perang Dunia II yang mengakhiri kekuasaan kolonial Jepang atas Korea, AS dan Uni Soviet sepakat untuk membagi dan menduduki Korea sebagai perwalian sementara. Pengaturan “sementara” ini dimaksudkan untuk membantu membentuk pemerintahan independen di Korea yang bersatu, tetapi AS dan Uni Soviet gagal menyepakati persyaratan.

Akibatnya, dua pemerintahan paralel muncul di utara dan selatan.

Utara dan selatan

Pada tahun 1948, wilayah utara (sekarang Korea Utara) membentuk pemerintahan komunis, sedangkan wilayah selatan (Korea Selatan) membentuk pemerintahan pro-Barat. Dengan dukungan dua negara adidaya dunia, kedua negara mulai beroperasi secara mandiri.

Ini meletakkan dasar sentimen anti-AS di Korea Utara yang komunis. Upaya untuk memuluskan hubungan memang menunjukkan kemajuan sporadis di masa lalu, tetapi perkembangan yang terbatas dan sering mundur menyebabkan skenario “satu langkah maju dan dua langkah mundur”, termasuk perjanjian tahun 1994 tentang penggunaan teknologi nuklir secara damai.

Keretakan

Sensor kebebasan berekspresi Korea Utara, kontrol akses ke informasi, dan propaganda anti-AS telah memicu pandangan bahwa AS adalah penjajah imperialis dan kapitalis dengan sejarah eksploitasi yang panjang. Retorika anti-Amerika secara konsisten digunakan oleh otoritas Korea Utara untuk mempertahankan kendali dan administrasi di negara tersebut.

Agenda anti-AS memungkinkan rezim untuk menggambarkan dirinya sebagai “penjaga” wajib melawan AS yang “agresif dan bermusuhan”, sebuah klaim yang dibenarkan oleh kehadiran jangka panjang AS di Korea Selatan. Berikut ini adalah beberapa alasan lain untuk keretakan:

  • China, Jepang, Uni Soviet, dan AS semuanya telah menduduki semenanjung Korea, dan hal ini menyebabkan kebencian terhadap kekuatan asing secara umum.
  • Meskipun AS memang membantu membebaskan Korea dari kekuasaan kekaisaran Jepang, diduga AS tidak membongkar struktur kekuasaan dan pemaksaan yang ditetapkan oleh Jepang, melainkan melanjutkannya.
  • Dengan dukungan Uni Soviet yang komunis, Korea Utara memandang AS sebagai pengganti Jepang, yang dianggap sebagai kapitalis dan imperialis dan sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip komunis.

Invasi Korea Utara ke Korea Selatan

Situasi semakin memburuk dengan invasi Korea Utara ke Korea Selatan pada tahun 1950 (awal Perang Korea), yang menyebabkan pembalasan AS.

AS memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Korea Utara di bawah Undang-Undang Perdagangan dengan Musuh (TWEA) yang berlanjut hingga 2008. Kenangan perang sulit untuk dilupakan.

Meskipun Perang Korea diprakarsai oleh Korea Utara, AS dituduh melakukan kekejaman perang, seperti melanggar aturan perang, mengambil tindakan yang menyebabkan kematian yang menyakitkan dan menyiksa, dan pengeboman besar-besaran yang memusnahkan lebih dari 10% penduduk Korea Utara. penduduk sipil.

Divisi Lanjutan

AS masih dipandang sebagai alasan utama untuk kelanjutan pembagian Korea. Aliansi AS-Korea Selatan yang bertahan lama telah membuat upaya Korea Utara menuju penyatuan kembali Korea yang “dimaksudkan” menjadi sia-sia.

Kehadiran AS dianggap dan digambarkan sebagai “pendudukan” Korea Selatan, yang sering disebut sebagai penghalang utama penyatuan Korea. Sementara itu, standar hidup warga Korea Utara yang rendah disalahkan pada AS dan sanksinya terhadap Korea Utara.

Peristiwa sporadis yang berulang, seperti pemadaman Internet di Korea Utara, yang diduga dilakukan oleh AS sebagai pembalasan atas upaya peretasan Korea Utara ke Sony Pictures, juga memicu sentimen anti-AS di Korea Utara.

Kesimpulan

Permusuhan antara kedua negara cukup umum di seluruh dunia. Kasus khusus Korea Utara dan AS adalah kasus yang ekstrim, karena konflik berkepanjangan yang terus berlanjut meskipun jarak geografis antara kedua negara.

Sejarah, realitas geopolitik saat ini, dan aliansi politik menambah ketegangan hubungan antara Korea Utara dan AS