Bagaimana Menjadi Pemimpin yang Baik untuk Milenial?

Menurut website pengusaha, ada 4 langkah utama untuk menjadi pemimpin yang baik bagi generasi milenial. Empat langkah yang akan kita bahas dalam artikel ini dinilai sebagai langkah objektif untuk dapat membantu generasi milenial dalam mengembangkan diri menjadi lebih baik. Dan untuk mencapai itu, kita membutuhkan pemimpin yang baik dan ahli dalam mengelola dan memimpin mereka. Mari kita simak penjelasan berikut.

1. Tentukan Lingkup Tanggung Jawab dan Dorong Mereka untuk Menjelajah.

Hal pertama yang perlu kita lakukan dalam memimpin generasi milenial adalah menentukan lingkup tanggung jawab mereka. Hal ini bertujuan agar karyawan milenial dapat memahami dengan baik apa tugas dan kewajibannya, dan hal-hal apa saja yang dapat dikategorikan sebagai fokus kedua, sehingga apa yang mereka lakukan tidak keluar dari tanggung jawab yang diberikan.

Selain itu, kita juga perlu mendorong semangat kaum milenial untuk terus bereksplorasi. Misalnya terus memikirkan ide-ide cemerlang, berusaha terus berinovasi, berpikir kritis, dan lain sebagainya. Namun, tetap tunjukkan kepada mereka bahwa segala bentuk eksplorasi juga harus dibarengi dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.

2. Jadilah Pemimpin yang Ramah, Tapi Tetap Tegas.

Sayangnya, kebanyakan pemimpin atau manajer menganggap tidak perlu bersikap ramah dan baik kepada karyawan milenial. Pasalnya, mereka merasa keramahan seperti itu hanya akan memanjakan generasi milenial atau meremehkan mereka sebagai pemimpin.

Padahal, kondisi ini hanya akan menyiksa kaum milenial. Mereka akan merasa asing di kantor setiap hari. Lebih buruk lagi, mereka merasa tidak dihargai sebagai karyawan oleh pemimpin mereka. Generasi milenial terdiri dari orang-orang yang ingin merasa dihargai dan diakui keberadaannya. Mereka juga sangat menyukai lingkungan kerja yang penuh dengan kenyamanan dimana mereka dapat bersenang-senang namun sekaligus dapat mengembangkan diri dengan tugas-tugas pekerjaan yang menantang.

Banyak orang mengatakan bahwa generasi milenial adalah orang yang malas dan tidak suka bekerja keras. Meski tidak suka bekerja keras dan berusaha keras, mereka akan berusaha maksimal jika suasana dan kondisi membuat mereka bersemangat dan tertantang untuk melakukan yang terbaik.

Jika mereka merasa tidak nyaman dengan sikap pemimpin yang dingin dan tidak bersahabat, lalu bagaimana mereka bisa nyaman bekerja dengan pemimpin seperti ini? Cobalah untuk menjadikan mereka “teman” tetapi pada saat yang sama menjadi pemimpin yang kuat . Sehingga mereka tahu batasan-batasan yang harus dijaga, padahal pemimpin mereka adalah orang yang sangat ramah. Ketika milenial sudah nyaman dengan sikap pemimpinnya, percayalah tanpa diminta menjadi pegawai yang produktif, pegawai milenial pasti akan memberikan kinerja terbaiknya.

3. Jangan Memanjakan Karyawan, Tapi Tetap Konstruktif

Karena sifat generasi milenial yang mudah tersinggung dan cukup sensitif, sebagian orang beranggapan bahwa seorang pemimpin harus berhati-hati saat berbicara dengan mereka, baik dalam diskusi maupun saat menyampaikan tugas pekerjaan. Jika kita tidak menjaga hati karyawan milenial dengan baik, dikhawatirkan mereka akan langsung mengundurkan diri dari perusahaan dan mencari pekerjaan lain.

Hal ini akan semakin sulit bila terlalu banyak turnover karyawan milenial di perusahaan tersebut. Tidak hanya membuang waktu untuk proses rekrutmen, namun kondisi ini juga akan menghabiskan biaya yang cukup besar karena setiap karyawan baru yang direkrut pasti akan mengikuti pelatihan kerja terlebih dahulu. Sedangkan mereka yang terlatih tidak akan bertahan lama di perusahaan.

Hal yang perlu dilakukan bukanlah memanjakan karyawan, tetapi di sisi lain juga bersikap konstruktif terhadap mereka. Jika ada feedback yang harus kita sampaikan kepada karyawan milenial, maka tetap perlu kita sampaikan. Menyampaikan umpan balik bertujuan untuk membantu perkembangan mereka dengan baik. Jadi, sampaikan umpan balik dengan nada dan pilihan kata yang konstruktif. Kita yakin mereka akan merasa senang dan sangat memahaminya.

4. Mendorong Kolaborasi untuk Meningkatkan Motivasi dan Kepuasan.

Generasi milenial memiliki kemampuan yang sangat baik dan keterampilan yang canggih, terutama dalam menggunakan teknologi. Nilai positif ini perlu dimanfaatkan oleh para pemimpin yang baik dalam membimbing karyawan milenialnya untuk saling berkolaborasi dan membentuk anggota tim yang kuat, yang saling memotivasi. Sehingga generasi milenial dapat mencapai kepuasan kerja masing-masing. Kolaborasi yang kuat akan membantu kaum milenial mendapatkan self-fulfillment dalam setiap pekerjaan yang mereka berikan.