Apa Hubungan antara Etika Bisnis dan Hukum?

Etika bisnis dan hukum, dalam pengartian sederhana merupakan dua istilah yang saling terkait yang dapat berdiri sendiri satu sama lain dalam bisnis, namun bersinggungan dalam berbagai aspek vital.

Alasan persimpangan ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa seringkali pertimbangan etis juga dapat ditegakkan secara hukum.

Ini tidak selalu terjadi, karena beberapa pertimbangan etis dalam bisnis lebih seperti kode tidak tertulis berdasarkan moralitas dasar yang dianggap universal.

Salah satu contoh situasi dimana etika bisnis dan hukum bersinggungan adalah dalam bidang kontrak dalam bisnis.

Moralitas atau etika menyatakan bahwa ketika dua atau lebih pihak menyetujui sesuatu, mereka harus menghormati kesepakatan tersebut kecuali ada beberapa bentuk keadaan yang meringankan yang membuat terlalu sulit, atau bahkan tidak mungkin, untuk memenuhi kesepakatan tersebut.

Namun, hal ini tidak selalu terjadi karena beberapa pihak dalam suatu perjanjian sering menemukan cara untuk melepaskan diri dari pelaksanaan suatu perjanjian.

Untungnya, jenis tindakan ini tidak hanya salah secara etis, tetapi juga merupakan pelanggaran hukum kontrak dan pihak yang dirugikan dapat meminta ganti rugi dari pengadilan dengan yurisdiksi yang kompeten.

Penjual mobil yang menghadirkan mobil bekas kepada pelanggan sebagai mobil baru, memaksa pelanggan untuk mempermainkan harga mobil baru adalah tindakan yang terkutuk secara etis dan dapat ditindaklanjuti secara hukum.

Etika bisnis dan hukum juga bersinggungan dalam bidang representasi palsu di mana seseorang menyajikan fakta material secara salah kepada pihak lain dengan maksud agar orang tersebut berpisah dengan sesuatu yang berharga.

Contohnya adalah ketika seorang penjual mobil menyajikan mobil bekas kepada pelanggan seolah-olah mobil itu masih baru, menyebabkan pelanggan membayar harga mobil baru untuk mobil bekas tersebut.

Jelas, tindakan seperti itu secara etis dapat dikutuk dan juga dapat ditindaklanjuti secara hukum.

Ini hanyalah salah satu dari berbagai contoh di mana etika bisnis dan hukum memiliki titik temu.

Di beberapa negara, ada undang-undang ketat yang menetapkan upah minimum yang diwajibkan secara hukum oleh pemberi kerja untuk membayar karyawannya.

Namun, ini tidak menghentikan beberapa pemberi kerja untuk mencari cara untuk menghindari undang-undang ini.

Dalam kasus seperti itu, pemberi kerja yang tidak etis mungkin mempekerjakan beberapa orang berdasarkan keadaan mereka dan menggunakan ini sebagai cara untuk membayar mereka kurang dari yang seharusnya mereka terima untuk layanan yang mereka berikan.

Contohnya adalah seorang petani yang mempekerjakan beberapa imigran ilegal untuk bekerja di pertanian dan memutuskan untuk menggunakan status ilegal mereka sebagai sarana untuk membayar mereka jauh lebih sedikit daripada upah minimum.

Dengan demikian, pemberi kerja akan bertindak secara ilegal dan tidak etis pada awalnya mempekerjakan pekerja dan kemudian membayar mereka terlalu rendah.