6 Teori Pembentukan Tata Surya dan Penjelasannya: 1. Teori Nebula,2. Teori Planetesimal

Tahukah kamu dimana letak planet kita? Ya, planet ini berada dalam sistem yang disebut tata surya . Nah, tata surya sendiri merupakan salah satu sistem bintang yang berada dalam lingkup galaksi Bima Sakti.

Jadi, apa yang dimaksud dengan tata surya ini. Tata surya adalah suatu kesatuan yang terdiri dari matahari sebagai pusatnya, dan dikelilingi oleh anggota-anggotanya yang terdiri dari planet, bulan, meteor, komet, dan anggota lainnya yang terus bergerak.

Di tata surya ini, hanya matahari yang bisa memancarkan cahayanya sendiri. Sedangkan anggota tata surya lainnya hanya dapat memantulkan cahaya. Setelah mengetahui apa itu tata surya, lalu tahukah Anda tentang proses terbentuknya tata surya?

Pembahasan tentang bagaimana Tata Surya terbentuk telah banyak dijelaskan dalam teori-teori pembentukan tata surya. Dalam teori terjadinya tata surya, dijelaskan tentang bagaimana matahari, planet, dan satelit mampu bekerja secara teratur dalam sistem ini.

Teori-teori tersebut memang tidak sepenuhnya benar. Namun teori ini dikemukakan oleh para ahli melalui usaha keras dengan berbagai penelitian, pengamatan dan eksperimen, hingga akhirnya ditemukan teori pembentukan tata surya secara logis.

Ada beberapa teori pembentukan tata surya yang banyak dikenal dan diakui. Beberapa di antaranya adalah teori nebula, teori plantesimal, teori pasang surut, teori lyttleton atau bintang kembar, teori awan debu, dan hipotesis culper.

Isi ll

1. Teori Nebula

Dalam teori Nebula terungkap bahwa pada mulanya tata surya terbentuk dari sebuah nebula atau kabut tipis yang sangat lebar. Nebula bercahaya atau massa gas raksasa ini berputar perlahan yang kemudian berangsur-angsur mendingin, menyusut dan mendekati bentuk bulat.

Rotasi yang terjadi semakin kencang dan cepat, menyebabkan pusat massa menggelembung. Akibatnya, lingkaran material terlempar keluar.

Lingkaran ini kemudian mendingin, menyusut, hingga akhirnya menjadi planet-planet. Planet-planet yang terbentuk masih mengorbit di sekitar inti massa. Sedangkan lingkaran lain terlempar lagi dari pusat massa hingga menjadi seluruh planet yang kita kenal sekarang, termasuk bumi.

Pusat massanya adalah matahari. Selanjutnya, planet-planet yang juga membuang massanya ke luar angkasa sehingga berubah menjadi satelit seperti bulan yang dimiliki oleh bumi.

Teori Nebula diketahui pertama kali muncul pada abad XVIII yang didahului oleh pendapat seorang filsuf Jerman bernama Immanuel Kant. Pendapat Kant tentang tata surya yang terbentuk dari nebula ini kemudian diperkuat oleh Marquis de Laplace (Piere Simon), seorang astronom Prancis.

Teori yang dikemukakan oleh Laplace lebih merupakan penjelasan dari pendapat Kant. Padahal Laplace tidak mengetahui kontribusi pemikiran Kant dalam teorinya. Karena berasal dari pemikiran kedua ahli tersebut, maka teori Nebula juga sering disebut sebagai Teori Kant-Laplace.

2. Teori Planetesimal

Yang dimaksud dengan planetesimal adalah benda padat kecil yang bergerak mengelilingi inti gas. Teori planetesimal menyatakan bahwa suatu hari sebuah bintang melintasi ruang angkasa dengan cepat dan sangat dekat dengan matahari.

Bintang yang lewat tampaknya memiliki daya tarik yang begitu besar sehingga menyebabkan pasang surut gas panas matahari. Oleh karena itu, ada massa gas dari matahari yang terlempar keluar dan mulai mengorbit matahari.

Namun, karena daya tarik yang masih dimiliki matahari, massa gas tertahan dan bergerak mengelilingi matahari. Massa gas ini berangsur-angsur mendingin dan membentuk menjadi cairan yang kemudian memadat. Massa itulah yang kita kenal sekarang sebagai planet, termasuk bumi kita.

Teori Planetesimal ini pertama kali muncul sekitar tahun 1900. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang astronom bernama Forest Ray Moulton dan seorang ahli geologi bernama TC Chamberlain dari University of Chicago.

Teori planetesimal didasarkan pada pengamatan bahwa beberapa bintang di langit tampaknya tidak pernah berhenti bergerak. Suatu ketika, bintang yang terus bergerak melintas sangat dekat dengan Matahari.

Kemudian karena adanya gaya gravitasi, maka terjadilah gaya tarik menarik antara matahari dan bintang yang lewat. Terjadi pasang surut yang mengakibatkan terbentuknya planet. Ini membentuk planet yang mungkin mengikuti bintang-bintang yang lewat sebelumnya.

Baca juga: Pengertian Hidrologi, Siklus Hidrologi dan Jenis-Jenis Siklus Hidrologi

3. Teori Pasang Surut

Teori pasang surut atau teori pasang surut juga kadang disebut sebagai teori ide tumbukan. Dalam teori pasang surut atau teori ide tumbukan disebutkan bahwa planet-planet pada mulanya terbentuk langsung oleh gas asli matahari yang ditarik oleh bintang-bintang yang melintas sangat dekat dan hampir bersentuhan dengan matahari.

Teori ini memang hampir sama dengan teori planetesimal. Hanya bedanya, dalam teori pasang surut ini, planet tidak dibentuk oleh planetesimal. Teori ini menyatakan bahwa ketika sebuah bintang sangat dekat dengan matahari, ada tarikan gravitasi yang menyedot filamen gas berbentuk cerutu yang panjang.

Filamen ini membesar di tengah dan menyusut di kedua ujungnya. Dari filamen ini, kemudian terbentuklah sebuah planet. Pendapat ini pertama kali dicetuskan oleh Sir James Jeans dan Sir Harold Jeffreys dari Inggris pada tahun 1918.

Jeans dan Jeffreys menganggap bahwa kelahiran Tata Surya adalah peristiwa langka. Sebab, peristiwa ini terjadi saat matahari hampir bersinggungan dengan sebuah bintang. Peristiwa yang menyebabkan lidah matahari berbentuk seperti cerutu juga merupakan penjelasan logis tentang ukuran planet yang berbeda satu sama lain.

4. Teori Lyttleton atau Teori Bintang Kembar

Teori Lyttleton atau juga sering disebut teori bintang kembar mengemukakan bahwa matahari pada mulanya adalah bintang kembar yang mengelilingi medan gravitasi. Tapi, ada bintang yang menabrak salah satu bintang kembar itu dan mungkin menghancurkannya.

Bintang yang hancur kemudian berubah menjadi massa gas yang berputar. Karena terus berputar, massa gas menjadi dingin dan membentuk planet. Sedangkan satu bintang lain yang selamat menjadi pusat tata surya yang kita kenal sebagai matahari.

Matahari mampu menahan planet yang terbentuk karena memiliki gaya gravitasi. Oleh karena itu, planet-planet dapat beredar menurut lintasannya mengelilingi matahari. Karena anggapan terbentuknya tata surya adalah karena tumbukan, maka karena itulah teori ini disebut juga dengan teori ide tumbukan.

Teori Lyttleton diciptakan oleh RA Lyttleton yang adalah seorang astronom. Ia melakukan modifikasi terhadap teori tumbukan yang telah ada sebelumnya. Namun, teori yang dikemukakan oleh Lyttleton dianggap memiliki penjelasan yang lebih baik tentang asal usul Tata Surya berdasarkan teori tumbukan.

5. Teori Awan Debu

Teori Awan Debu mengungkapkan bahwa calon Tata Surya pada awalnya adalah awan yang sangat besar. Awan ini terdiri dari debu kosmik dan gas yang diperkirakan berbentuk seperti piring.

Namun, ada ketidakteraturan di awan yang menyebabkan rotasi sehingga gas dan debu itu berputar bersama. Sementara debu dan gas ini terus berputar, awan menghilang.

Kemudian, partikel debu keras bertabrakan satu sama lain, menempel dan berubah menjadi planet. Kemudian berbagai gas di tengah awan berkembang dan menjadi matahari.

Teori Awan Debu diciptakan oleh Fred L. Whippel yang merupakan seorang astronom dari Amerika Serikat . Jika dirunut dari prosesnya, teori ini tampaknya merupakan pengembangan dari teori Nebula.

Selain yang diungkapkan Fred L. Whippel, ada pula astronom Inggris bernama Fred Hoyle dan astronom Swedia bernama Hannes Alven yang mengemukakan teori yang mirip dengan teori Awan Debu.

Mereka berpendapat bahwa pada awalnya Matahari berputar cepat dengan piringan gas di sekitarnya. Jika mengacu pada penelitian zaman cararn, Matahari dikatakan berotasi sekali dalam 27 hari.

Sedangkan perhitungan terbaru juga menunjukkan bahwa Matahari primitif berputar lebih cepat sehingga memungkinkan untuk membuang material yang kemudian membentuk planet. Hal inilah yang mendukung teori awan debu ini.

6. Hipotesis Kuiper

Dalam Hipotesis Kuiper disebutkan bahwa alam semesta pada mulanya terdiri dari formasi bintang. Kemudian, ada dua pusat yang memadat dan berkembang dalam awan gas hidrogen antarbintang.

Satu pusat lebih besar dari pusat lainnya. Pusat yang lebih besar ini kemudian memadat dan menjadi bintang tunggal yang kita kenal sebagai matahari.

Hipotesis ini dikemukakan oleh Gerard P Kuiper (1905 – 1973). Karena masih berupa hipotesis dan belum dianggap sebagai teori yang memiliki landasan kuat, pendapat Kuiper cukup jarang digunakan.