Pengertian Pertumbuhan dan Perkecambahan Pada Tumbuhan: Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman,Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman

Pertumbuhan pada tumbuhan diawali dengan proses perkecambahan. Hal ini terjadi setelah benih mengalami masa dormansi. Masa dormansi merupakan peristiwa istirahat atau tidak aktifnya benih untuk melakukan aktivitas pertumbuhan.

Pada umumnya peristiwa ini terjadi pada musim kemarau. Itu terjadi karena tanaman kekurangan air. Selain itu perkecambahan merupakan peristiwa munculnya tumbuhan kecil atau plantula dari biji.

Peristiwa perkecambahan biji diawali dengan proses penyerapan air oleh biji yang disebut imbibisi. Masuknya air ke dalam biji merangsang aktivitas hormon giberelin untuk merangsang butir aleuron. Biji-bijian ini digunakan untuk mensintesis enzim alfa amilase dan protease.

Pembentukan enzim alfa amilase dan protease akan merangsang pemecahan pati dan protein pada endosperma menjadi glukosa dan asam amino yang akan menjadi substrat. Substrat akan digunakan untuk metabolisme atau respirasi.

Ketersediaan substrat yang cukup akan mendorong peningkatan respirasi untuk menghasilkan energi. Sehingga tersedia energi yang cukup untuk pembelahan sel embrio di dalam biji secara mitosis.

Hal ini menyebabkan biji pecah dan proses perkecambahan ditandai dengan munculnya plantula dari dalam biji.

Faktor-faktor yang dapat merangsang perkecambahan adalah air, suhu, oksigen, dan kelembaban. Itu adalah faktor eksternal. Sedangkan faktor internal meliputi enzim dan hormon yang dapat mempengaruhi kecepatan perkecambahan.

Biji dapat berkecambah membentuk plantula. Karena ada embrio di dalam biji. Embrio atau lembaga tumbuhan memiliki tiga bagian, sebagai berikut: (a) radikula atau akar lembaga, (b) kotiledon atau daun lembaga, dan (c) cauliculus atau batang lembaga. Masing-masing dapat dijelaskan di bawah ini.

Radikula merupakan calon akar yang tumbuh membentuk akar dan akan menembus biji menuju lubang. Dalam poaceae atau graminae, akar lembaga memiliki akar lembaga yang disebut koleoriza.

Kotiledon adalah calon daun pertama yang tumbuh dalam proses perkecambahan. Tampilan fisik daun institusi terlihat kental. Hal ini disebabkan fungsinya untuk menimbun cadangan makanan selama proses perkecambahan.

Selanjutnya daun pertama ini berfungsi juga untuk melakukan fotosintesis dan sebagai alat penghisap makanan bagi embrio yang dilakukan dalam bentuk perisai dan berupa selaput tipis yang disebut skuletum.

Cauliculus atau batang institusional adalah calon batang yang akan tumbuh menjadi calon batang atas yang berada di atas kotiledon yang disebut epikotil. Sedangkan calon batang di bawah kotiledon disebut hipokotil.

Epikotil kemudian akan tumbuh membentuk batang dan daun. Berbeda dengan hipokotil yang akan tumbuh membentuk pangkal batang dan akar.

Ujung epikotil yang membentuk daun memiliki lembaga yang disebut plumulae. Plumulae ditutupi oleh membran yang disebut coleoptilum.

Selanjutnya berdasarkan letak kotiledonnya, pada saat perkecambahan alami, perkecambahan dibedakan menjadi dua, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut.

perkecambahan epigeal . Jenis perkecambahan ini adalah perkecambahan yang ditandai dengan terangkatnya kotiledon ke atas permukaan tanah. Akibatnya, bagian hipokotil dapat terlihat di atas permukaan tanah. Jenis perkecambahan epigeal ini dapat ditemukan pada perkecambahan kacang hijau.

perkecambahan hipogeal . Jenis perkecambahan ini adalah perkecambahan di mana kotiledon tidak dapat diangkat ke atas tanah. Akibatnya, hipokotil tidak muncul di atas permukaan tanah. Jenis perkecambahan ini dapat dilihat pada kacang polong dan jagung.

Baca juga: Daftar Lengkap 12 Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan serta Ciri Khususnya

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

Pertumbuhan makhluk hidup dapat diartikan sebagai peristiwa pertambahan volume yang meliputi pertambahan jumlah sel, volume sel, jenis sel, atau zat-zat yang ada dalam sel yang bersifat kuantitatif atau dapat dihitung dengan jumlah dan bersifat irreversible atau tidak dapat dihitung. kembali normal.

Contoh peristiwa pertumbuhan adalah pertambahan tinggi dan tinggi pada batang tanaman. Sedangkan perkembangan adalah proses spesialisasi sel menuju bentuk dan fungsi tertentu yang mengarah pada tingkat kematangan yang bersifat kualitatif dan irreversible.

Sifat kualitatif ini ditafsirkan sebagai tidak dinyatakan dalam urutan numerik. Contoh perkembangan pada tumbuhan adalah tumbuhan yang menghasilkan bunga sebagai alat reproduksi.

Pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara bersamaan. Artinya berjalan bersama-sama secara paralel dan saling mendukung untuk mencapai tingkat kedewasaan.

Kecepatan pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan alat yang disebut auksanometer. Pertumbuhan tumbuhan berdasarkan asal meristem dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder.

Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan yang disebabkan oleh aktivitas meristem primer dan terjadi pada titik tumbuh primer atau pada bagian aktif membelah dan tumbuh. Bagian ini disebut jaringan meristem.

Pada jaringan meristem terdapat titik tumbuh akar dan titik tumbuh batang. Sedangkan pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang disebabkan oleh aktivitas meristem sekunder dan terjadi pada titik pertumbuhan sekunder.

Titik tumbuh dapat diartikan sebagai daerah atau bagian tumbuhan yang mengalami pertumbuhan paling cepat atau pertambahan panjang. Titik tumbuh utama berada di ujung batang dan ujung akar.

Sedangkan titik tumbuh sekunder terdapat pada kambium, kambium gabus atau felogen. Titik tumbuh primer pada ujung akar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu daerah pembelahan, daerah pemanjangan, dan daerah pematangan.

Daerah belahan ini disebut belahan dada. Daerah pemanjangan disebut pemanjangan. Sementara itu, area kedewasaan ini disebut diferensiasi.

Kemudian, titik tumbuh pada ujung akar akan dibagi menjadi empat bagian, yaitu daerah tudung akar atau caliptra, daerah pembelahan, daerah pemanjangan atau elongasi, dan daerah pematangan atau diferensiasi (Reaven Johson dalam Susilowarno).

Daerah belahan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Sel-sel memiliki bentuk dan ukuran yang sama dengan susunan yang kompak
  • Sangat aktif membelah
  • Kurang tahan terhadap radiasi cahaya dan bahan kimia.

Daerah ini membutuhkan sejumlah besar karbohidrat untuk membangun dinding sel dan protoplasma.

Perpanjangan atau elongasi daerah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Sel-selnya dapat memanjang hingga sembilan kali lebih lama. Hal ini dikarenakan banyak menyerap air.
  • Masih aktif membelah
  • Ini sudah tahan terhadap radiasi dari cahaya dan bahan kimia
  • Berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan.

Pemanjangan sel disebabkan karena menyerap air karena di dalam sel yang memanjang terbentuk vakuola yang besar sehingga memungkinkan sel untuk menyerap air dalam jumlah yang banyak.

Pemanjangan sel selain disebabkan oleh pengaruh penyerapan air, juga dipengaruhi oleh hormon regangan sel yang dapat merangsang dinding sel untuk meregang. Pemanjangan sel berfungsi untuk menekan ujung akar agar menembus tanah.

Area dewasa memiliki karakteristik sebagai berikut:

  • Sel dengan bentuk yang relatif bervariasi
  • Sudah tahan terhadap radiasi cahaya dan bahan kimia
  • Aktivitas pembelahan sel lambat.

Area diferensiasi dibagi menjadi tiga lapisan. Lapisan tersebut adalah protoderm, meristem dasar, dan prokambium.

Protoderm, nantinya akan berkembang membentuk epidermis. Meristem dasar, yang akan tumbuh membentuk parenkim korteks. Prokambium yang tumbuh menjadi silinder pusat dan berkas pengangkut, yaitu xilem dan floem.

Daerah tudung akar atau caliptra terdiri dari sel-sel dewasa yang dibentuk oleh kaliprogen. Pada sel kaliptra terdapat pati yang disebut columella. Kolom ini berfungsi sebagai cadangan makanan.

Kaliptra memiliki fungsi untuk melindungi titik tumbuh ujung akar yang masih lemah dan mengeluarkan polisakarida untuk melumasi tanah. Agar lunak dan mampu disembuhkan dengan ujung akar dan mengambil air dan mineral bahkan dalam jumlah kecil.

Selanjutnya, pertumbuhan sekunder adalah pertumbuhan yang disebabkan oleh aktivitas pembelahan meristem sekunder. Pertumbuhan dapat mengakibatkan peningkatan diameter batang dan akar pada tanaman dikotil dan gymnospermae.

Pada tumbuhan monokotil hanya sebagian saja yang mengalami pertumbuhan sekunder yang ditunjukkan dengan bertambahnya diameter batang untuk kelompok palmae atau Arecaceae.

Meristem sekunder yang menyebabkan pertumbuhan sekunder umumnya dikenal sebagai kambium. Kambium pada tumbuhan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kambium vaskular dan kambium gabus.

Kambium vaskuler merupakan hasil diferensiasi lanjut atau spesialisasi langsung prokambium sehingga sebenarnya merupakan jaringan dewasa. Namun, ia masih memiliki kemampuan untuk membelah.

Pembelahan dari kambium vaskular menghasilkan jaringan sekunder dan menghasilkan peningkatan besar dalam diameter batang. Oleh karena itu, pertumbuhan ini disebut pertumbuhan sekunder.

Kambium pengangkut adalah kambium yang terdapat di antara berkas pengangkut, yaitu antara xilem dan floem. Kambium ini membentuk lingkaran pada batang dan akar. Kambium vaskular dibagi menjadi kambium intravaskular dan kambium intervaskular.

Kambium intravaskuler adalah kambium yang memisahkan xilem dan floem dan dapat membelah keluar membentuk floem sekunder ke dalam membentuk xilem sekunder.

Kambium intervaskular adalah kambium yang ada di antara kelompok pembawa yang mengangkut satu sama lain. Kambium akan terbelah ke luar membentuk unsur kulit dan membelah ke dalam membentuk unsur kayu.

Pertumbuhan kambium pengangkut akan membentuk formasi yang disebut lingkaran tahun.

Kambium gabus atau jaringan felogen pada jaringan batang kortikal memiliki kemampuan membelah ke luar membentuk phelemes dan ke dalam membentuk pheloderms.

Felids adalah sel mati yang membentuk sel gabus. Sedangkan feloderm adalah sel hidup yang membentuk korteks sekunder.

Pembelahan kambium gabus pada tumbuhan ini berfungsi untuk mengatasi pecahnya epidermis dan korteks akibat aktivitas kambium vaskuler dalam membentuk lingkaran tahun.

Di beberapa tempat pada batang terdapat celah yang disebut lentisel. Ini memiliki fungsi pertukaran oksigen dan karbon dioksida.

Pembahasan selanjutnya mengenai Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman , simak baik-baik.

Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman

Sejak pembuatan bibit tanaman hingga siap panen tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor yang menentukan keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut.

Dalam membuat bibit pada saat tanaman mengalami pertumbuhan primer, tanaman hanya membutuhkan air dan oksigen. Sedangkan ringan, cenderung kurang dibutuhkan.

Setelah petani memindahkan benih ke sawah, tentu kebutuhan air dan cahayanya berbeda. Hal itu karena tanaman sudah siap untuk menahan pertumbuhan sekunder.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal meliputi gen dan hormon. Sedangkan faktor eksternal meliputi air, cahaya, suhu, dan kelembaban, pH, oksigen. Masing-masing faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Air. Untuk pertumbuhan primer, media pertumbuhan tanah tidak mutlak. Yang penting media tanamnya mudah menyerap air. Media tanam yang keras akan sulit menyerap air sehingga benih tidak dapat berkecambah.

Air merupakan senyawa yang sangat penting untuk menjaga tekanan turgor dinding sel. Fungsi air pada tumbuhan adalah sebagai berikut :

  • Mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan.
  • Tentukan laju fotosintesis
  • Untuk pelarut universal dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman
  • Menentukan proses transportasi unsur hara yang terkandung di dalam tanah.

Lampu. Pada dasarnya sinar matahari langsung sangat menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan intensitas cahaya yang tinggi akan menguapkan air tanah dalam jumlah besar, sehingga akar tidak cukup menyerap air.

Selain itu, cahaya akan mampu menghambat kerja hormon auksin, dimana hormon auksin akan berubah menjadi senyawa yang menghambat pertumbuhan jika terkena cahaya. Sangay sinar matahari mempengaruhi tanaman berdaun hijau.

Itu karena sinar matahari menentukan proses fotosintesis tanaman. Fotosintesis tumbuhan merupakan proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk menghasilkan makanan.

Makanan yang dihasilkan akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sinar matahari juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tempat gelap sehingga akan tumbuh lebih cepat.

Peristiwa pertumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap disebut etiolasi. Keadaan ini terjadi karena tidak adanya cahaya yang dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk pemanjangan sel tumbuhan.

Akibat kejadian tersebut, tubuh tumbuhan menjadi tidak normal. Daun menguning, lebar dan tipis. Selain itu, batangnya kecil, sangat panjang, kuning, dan lemah.

Ini berbeda dengan tanaman yang tumbuh di tempat terang. Pertumbuhannya lebih lambat dengan kondisi relatif pendek, daun berkembang dengan baik, dan warnanya hijau.

Kelembaban. Kelembaban adalah kandungan total uap air di udara. Kondisi kelembaban yang tinggi dan penguapan yang tidak banyak akan membantu menjaga ketersediaan air di sekitar tanaman sehingga sel akan mampu menyerap air dalam jumlah banyak dan menjadi lebih panjang.

pH Derajat keasaman atau kebasaan atau pH yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah pH tanah. Faktor pH tanah ditentukan oleh jenis tanah. Agar tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pH jenis tanah diturunkan dengan cara pencampuran.

Suhu. Temperatur yang tinggi dan besarnya intensitas radiasi selalu berbanding lurus sehingga untuk pertumbuhan primer diperlukan temperatur yang relatif rendah, kelembaban yang tinggi, jumlah air yang relatif cukup, dan cahaya yang sedikit.

Sehu mempengaruhi aksi enzim yang membantu metabolisme. Dimana metabolisme mendukung pertumbuhan. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tingkat tinggi berkisar antara 0 0 C sampai dengan 45 0 C.

Di antara rentang tersebut, suhu untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap jenis tanaman berbeda-beda. Sebenarnya, suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman berkaitan dengan asal usul spesies tanaman.

Tumbuhan yang berasal dari daerah tropis memerlukan suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan yang berasal dari daerah subtropis atau kutub.

Setelah perkecambahan cukup, tanaman perlu dipindahkan ke media dan tanah yang lebih banyak mengandung bahan organik. Kemudian, ditempatkan di bawah sinar matahari untuk pertumbuhan lebih lanjut atau pertumbuhan sekunder.

Pertumbuhan sekunder membutuhkan sinar matahari langsung untuk membantu fotosintesis. Beberapa tanaman harus dilindungi dari suhu rendah sebelum berkecambah dan berbunga.

Meskipun demikian ada beberapa bunga yang mengalami peningkatan kecepatan perkecambahan dan pembungaan. Hal ini sebagai akibat dari rangsangan suhu rendah dalam jumlah waktu tertentu.

Respon terhadap perkecambahan dan pembungaan pada tumbuhan akibat suhu rendah disebut vernalisasi. Tanaman apel lebih cocok untuk tumbuh dan menghasilkan lebih banyak buah di Batu Malang daripada di Kaliurang atau Tawangmangu, karena suhu rendah di bawah 18 0 C.

Oksigen. Oksigen merupakan faktor pembatas dalam setiap organisme. Kondisi ini juga berlaku untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Konsentrasi oksigen sangat ditentukan oleh media di mana tanaman berada.

Akar tanaman membutuhkan aerasi yang baik untuk mendapatkan oksigen yang cukup. Dengan dasar ini, para petani sering kehilangan tanaman mereka secara teratur. Aerasi yang baik dapat meningkatkan proses respirasi akar untuk menperedarankan unsur hara dalam tanah ke daun.

Garam mineral atau nutrisi. Tumbuhan membutuhkan nutrisi untuk kelangsungan hidupnya. Unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak disebut unsur hara makro atau makro.

Unsur makro meliputi karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, belerang, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium. Sebaliknya, unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro atau mikronutrien.

Contoh unsur mikro termasuk klorin, besi, boron, mangan, seng, tembaga dan nikel. Kekurangan unsur hara pada tanah atau media tempat tanaman hidup dapat menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Pelajari juga: Sistem Koordinasi : Sistem Saraf, Sensor dan Sistem Hormon pada Manusia

Faktor Internal Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor intraseluler berupa gen dan faktor interseluler berupa hormon.

Gen adalah zat kimia yang memiliki fungsi untuk menentukan sifat hereditas. Gen berpengaruh dalam menentukan pola pertumbuhan tanaman.

Artinya pada tingkat optimalisasi pertumbuhan, dimana pola pertumbuhan kacang tanah tidak akan sama dengan jagung atau lebih jelas lagi pada usia dewasa kacang tanah tidak akan memiliki waktu dan tinggi serta berat yang sama dengan jagung.

Selanjutnya gen juga dapat mengatur kecepatan pertumbuhan dengan mengatur kecepatan sintesis protein yang menghasilkan enzim yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan metabolisme.

Peningkatan laju metabolisme karena adanya enzim akan meningkatkan kecepatan penyediaan komponen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Ini berarti juga meningkatkan kecepatan pertumbuhan.

Hormon adalah zat kimia yang tersusun dari protein yang memiliki fungsi untuk merangsang pertumbuhan. Hormon pada tumbuhan disebut fitohormon. Fitohormon memiliki fungsi untuk membantu mengatur pertumbuhan.

Hal ini disebabkan peran utama dalam mengatur pertumbuhan adalah vitamin dan mineral di lingkungan.

Peran fitohormon adalah untuk memacu aktivitas pertumbuhan, dimana pola pertumbuhan ditentukan oleh gen dan pengaturan utama pertumbuhan ditentukan oleh vitamin dan mineral. Jenis-jenis fitohormon adalah sebagai berikut:

  • Hormon Kalin. Fitohormon ini diproduksi di banyak jaringan meristem di seluruh tubuh tumbuhan. Fungsinya untuk merangsang pertumbuhan organ tumbuhan. Jenis-jenis fitohormon tersebut adalah phylocalin (untuk merangsang pertumbuhan daun), kaulokalin (untuk merangsang pertumbuhan batang), rhizokalin (untuk merangsang pertumbuhan akar), dan antokalin (untuk merangsang pertumbuhan bunga dan buah).
  • Asam absisat. Fitohormon banyak ditemukan pada batang, daun dan biji. Asam absisat ini memiliki fungsi bukan untuk memacu pertumbuhan tetapi justru menghambat pertumbuhan. Fungsi penghambat pertumbuhan tersebut adalah sebagai berikut: (a) mendorong dormansi benih agar tidak berkecambah, (b) mendorong gugurnya daun pada musim kemarau untuk mengurangi penguapan air, (c) mengurangi laju pembelahan dan pemanjangan sel di titik tumbuh, dan (d) membantu menutup stomata daun untuk mengurangi penguapan.
  • Hormon luka atau luka kambium atau asam traumalin. Fitohormon ini dihasilkan oleh kambium pada batang dikotil. Asam traumalin merangsang sel-sel di daerah yang terluka untuk menjadi meristemik di alam lagi. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengadakan pembelahan sel untuk menutupi bagian yang terluka. Jaringan penutup luka disebut kalus. Selain hormon, vitamin juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Contoh vitamin adalah asam askorbat (vitamin C), riboflavin (vitamin B12), piridoksin (vitamin B6), tiamin (vitamin (B1) dan asam nikotinat.Vitamin berperan dalam proses pembentukan hormon dan memiliki fungsi sebagai kofaktor atau komponen nonproton untuk mengaktifkan enzim.
  • Hormon auksin ditemukan oleh Went. Dia menemukannya di ujung koleptil Avena sativa atau gandum. Selain itu, auksin juga terdapat pada pucuk pucuk batang daun muda dan buah yang sedang tumbuh. Auksin dapat dibuat secara sintetis dan diperdagangkan secara luas. Nama lain auksin yang diperdagangkan antara lain asam indol asetat, asam indole butirat, asam naftalena asetat, asam 2, 4 diklorofenoksi asetat. Selain itu, juga dikenal sebagai auksin yang dapat ditemukan dalam urin hewan dan manusia. Auksin B dalam minyak kecambah jagung. Auksin secara fisiologis memberikan efek sebagai berikut: (a) dominasi apikal dan menghambat dominasi lateral. Artinya, auksin yang dihasilkan di ujung meristem apikal diangkut ke bawah di daerah ketiak untuk menghambat munculnya tunas aksila atau lateral. Jika pucuk apikal dipotong, tunas lateral akan berkembang; (b) pemanjangan sel pada titik di mana batang tumbuh. Namun pada umumnya penghambat pemanjangan sel akar. Penghambatan sel akar disebabkan oleh konsentrasi auksin dalam akar yang sangat rendah dan dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi; (c) merangsang pembelahan sel di daerah kambium yang menyebabkan pertumbuhan sekunder; (d) abses daun atau pembusukan daun adalah peristiwa terlepasnya atau terlepasnya daun dari batang yang dikendalikan oleh konsentrasi auksin di daerah abses; (e) Partenokarpi adalah peristiwa tanpa pembentukan biji. Buah tanpa biji dapat dibuat dengan memberikan auksin pada putik. Pemberian induksi ini akan mengakibatkan terhambatnya pembentukan saluran polen dan menghambat pembuahan karena dinding ovarium membengkak sehingga menyebabkan gagalnya pembuahan yang akan menghasilkan biji; (f) fototropisme, adalah gerak pertumbuhan tanaman ke arah datangnya cahaya. Hal ini dapat terjadi karena auksin akan bergeser ke tempat yang tidak terkena cahaya sehingga akan memacu pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan daerah yang terkena sinar matahari. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan tanaman membengkok dan tampak tumbuh ke arah datangnya cahaya. Cahaya yang mengenai auksin mengaktifkan enzim IAA oksidase sehingga terbentuk kompleks asam aspartat IAA yang tidak aktif. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan tanaman membengkok dan tampak tumbuh ke arah datangnya cahaya. Cahaya yang mengenai auksin mengaktifkan enzim IAA oksidase sehingga terbentuk kompleks asam aspartat IAA yang tidak aktif. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan tanaman membengkok dan tampak tumbuh ke arah datangnya cahaya. Cahaya yang mengenai auksin mengaktifkan enzim IAA oksidase sehingga terbentuk kompleks asam aspartat IAA yang tidak aktif.
  • Fitohormon ini ditemukan oleh F. Kurusawa. Ditemukan pada jamur Gibberella fujikorol. Hormon giberrelin dapat dibedakan menjadi berbagai jenis, yaitu giberrelin A, Giberrelin A2, dan Giberrelin A3 yang memiliki struktur dan fungsi molekul yang sangat spesifik. Namun dalam perkembangannya dapat dijumpai pada berbagai organ seperti akar, batang, pucuk, daun, kuncup bunga, bintil akar, buah, serta jaringan kalus dan biji. Efek fisiologis Giberelin adalah sebagai berikut: (a) menghambat pembentukan biji, merangsang pertumbuhan saluran polen, memperbesar ukuran buah, dan merangsang pembungaan; (b) merangsang pertumbuhan buah dengan partenogenesis; (c) membantu proses perkecambahan dengan merangsang butir aleuron untuk mensintesis enzim alfa amilase dan protease sehingga dapat menghambat dormansi benih;
  • Fitohormon ini pertama kali ditemukan pada sel-sel batang tembakau. Sitokinin memiliki pengaruh fisiologis sebagai berikut: (a) memperkecil dominasi apikal; (b) pembelahan sel; (c) menunda pengguguran daun; (d) pengaturan untuk bunga dan buah; (e) menghambat proses penuaan dengan cara meningkatkan proses dan transportasi garam-garam mineral dan asam amino ke daun; dan (f) dalam teknik kultur jaringan memiliki fungsi untuk membantu pembentukan akar dan tunas.
  • Gas etilen. Fitohormon ini terdapat pada buah yang sudah tua. Disebut gas etilen karena berbentuk gas dan berfungsi merusak kloropa buah yang mulai masak. Fungsi gas etilen dalam merusak kloropa pada kulit buah dipengaruhi oleh oksigen. Fungsi gas etilen antara lain sebagai berikut: (a) menyebabkan pertumbuhan batang menjadi kokoh dan tebal; (b) menyebabkan buah menjadi masak sehingga umumnya berubah warna dari hijau karena rusaknya klorofil; (c) bersama-sama dengan giberelin dapat mengatur perbandingan bunga betina dan bunga jantan pada tumbuhan berumah satu; dan (d) bersama dengan auksin dapat merangsang pembungaan pada mangga dan nanas.

Implikasi Teknologi Bagi Pertumbuhan dan Perkembangan

  • Pemanfaatan auksin untuk parthenocarpi. Pemberian auksin pada tanaman yang sedang berbunga dapat merangsang pertumbuhan buah tanpa pembentukan biji. Pertumbuhan buah tanpa biji dikenal sebagai partenokarpi. Fungsi auksin pada partenokarpi adalah untuk menghalangi proses penyerbukan atau penyerbukan, pembuahan, atau pembuahan.
  • Pemanfaatan giberelin untuk memperbesar ukuran buah. Pemberian giberelin pada tanaman buah dapat merangsang pembentukan ukuran buah yang lebih besar.
  • Penggunaan auksin untuk membasmi gulma. Sintesis hormon auksin pada konsentrasi 0,1% dengan penyemprotan dapat digunakan sebagai herbisida. Herbisida membunuh gulma liar dan gulma.
  • Pemanfaatan sitokin untuk mencegah hilangnya bunga dan buah. Pemberian hormon sitokinin pada tanaman yang sedang berbunga dan berbuah akan dapat mengurangi jumlah bunga dan buah sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
  • Pemanfaatan auksin dan sitokin untuk produksi buah sepanjang musim. Pemberian auksin pada tanaman penghasil buah akan merangsang tanaman sepanjang tahun untuk menghasilkan bunga dan buah. Padahal bukan musim berbuah alami.
  • Pemanfaatan teknik fisika dan kimia untuk mengatasi dormansi benih. Untuk mempercepat perkecambahan biji terutama yang kulit bijinya keras dapat dilakukan dengan teknik fisika dan kimia. Tujuannya adalah untuk mempercepat perkecambahan. Teknik tersebut antara lain pengamplasan kulit biji atau perendaman dengan asam kuat seperti H2SO4 sehingga kulit biji menjadi tipis atau lunak. Ini memungkinkan proses imbibisi benih dimulai dengan proses perkecambahan.
  • Manipulasi faktor eksternal pertumbuhan dengan pertanian hidroponik dan rumah kaca. Dalam rangka percepatan pertumbuhan menghadapi kendala terkait keterbatasan lahan. Maka dikembangkanlah sistem tanam dengan menggunakan media air yang disebut hidroponik. Selain itu, untuk mengantisipasi kekurangan atau kelebihan cahaya, kelembaban, kecepatan angin, dan suhu lingkungan banyak dikembangkan sistem pertanian dengan mulsa dan rumah kaca.
  • Pemanfaatan sitokin untuk kultur jaringan. Kultur jaringan adalah suatu proses perbanyakan jaringan tanaman pada media tertentu untuk menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat. Dalam proses kultur jaringan dibutuhkan sitokinin yang akan merangsang pembentukan batang.
  • Pemanfaatan giberelin dan lelang untuk mengatur jumlah bunga jantan dan betina. Pemberian giberelin dan etilen secara bersamaan pada tanaman berbunga dapat mengatur perbandingan bunga jantan dan betina. Pengaturan jumlah bunga jantan dan bunga betina dimaksudkan untuk meningkatkan hasil buah bagi petani.
  • Pemanfaatan auksin dan etilen untuk merangsang pembungaan. Pemberian induksi dan etilen secara bersama-sama pada tanaman mangga dan nanas dapat merangsang proses pembungaan sebelum prematur.