Apa Saingan (Rival) Role dalam Job Competition?

Padahal, adanya persaingan kerja saja tidak akan cukup untuk meningkatkan produktivitas dan motivasi individu. Kehadiran rival, pesaing atau kompetitor sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan motivasi. Seorang Profesor Psikologi bernama Jillene Grover Seiver, PhD mengatakan bahwa “Anda membutuhkan saingan”. Pernyataan ini disampaikan oleh Seiver berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pemanah profesional yang menunjukkan performa lebih maksimal ketika pesaing utamanya hadir dalam kompetisi tersebut. Dia membandingkan pemanah yang pesaingnya tidak hadir dalam kompetisi tetapi memiliki motivasi yang sangat rendah.

Begitu juga dalam lingkungan kerja, manajer cenderung menempatkan karyawannya yang memiliki keterampilan dan bakat yang sama ke dalam suatu kompetisi. Tujuannya agar mereka memiliki motivasi dan dorongan kinerja yang sama untuk menjadi yang terdepan. Logikanya, ketika kita melihat orang lain memiliki kemampuan yang sama dengan kita, maka kita akan meningkatkan kemampuan dan keterampilan kita untuk mencapai hasil yang terbaik.

Persaingan kerja dapat memiliki pengaruh positif terhadap motivasi

Menurut Craig Dike (seorang psikolog klinis dan asisten klinis di Doctor on Demand) mengatakan bahwa, “kompetisi dapat mendorong semua spesies untuk bertahan hidup, dan kondisi ini akan mendorong evolusi biologis dan psikologis”.

Sekarang kita sudah tahu bahwa persaingan sangat dibutuhkan dalam hidup agar kita bisa maju, mengalami pertumbuhan dan menciptakan inovasi yang luar biasa. Jadi, kita tidak ketinggalan dengan orang lain yang terus beradaptasi dengan perubahan.

Persaingan kerja juga dapat mempengaruhi motivasi ekstrinsik, dimana penghargaan atau apresiasi dari pihak luar akan membuat kita lebih bersemangat dan termotivasi untuk maju dan menciptakan berbagai prestasi. Misalnya promosi dari pengelola, gratis voucher liburan di akhir pekan, dan lain sebagainya.

Eits! Persaingan kerja tidak hanya berkaitan dengan motivasi ekstrinsik. Individu juga akan memiliki motivasi intrinsik ketika memasuki persaingan kerja. Misalnya, mereka akan memiliki beberapa tujuan pribadi yang ingin dicapai dalam berkarir seperti, mencapai promosi, menjadi karyawan yang unggul di kantor, dan lain sebagainya.

Singkatnya, baik secara internal maupun eksternal, persaingan kerja dapat membantu meningkatkan motivasi, produktivitas, dan kinerja seseorang.

Ada satu fakta lain yang perlu diketahui rekan-rekan Career Career bahwa peserta kompetisi akan merasa lebih termotivasi ketika mengikuti kompetisi yang lebih kecil. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2009 oleh Stephen Garcia dan Avishalom menunjukkan bahwa persaingan akan menjadi hal yang paling memotivasi ketika hanya ada beberapa pesaing (pemain) di dalamnya. Dalam penelitian ini peneliti meminta siswa untuk mengikuti kuis singkat dimana syarat pemenangnya adalah 20% siswa teratas yang berhasil menjawab pertanyaan paling cepat dan akurat akan mendapatkan hadiah $5. Dalam kompetisi ini, satu kelompok diberitahu bahwa mereka akan bersaing dengan 100 siswa lainnya dan kelompok lainnya juga diberitahu bahwa mereka akan bersaing dengan 10 siswa lainnya. Bagaimana hasilnya? Peserta dalam kelompok yang lebih kecil (hanya 10 pesaing) lebih unggul daripada mereka yang bersaing dengan lebih banyak siswa. Pemenang berhasil menjawab pertanyaan kuis lebih cepat dari peserta lain karena mereka merasa lebih termotivasi dengan jumlah pesaing yang lebih sedikit.

Kompetisi Kerja Dapat Meningkatkan Kekuatan Otak

Ketika kita mengikuti suatu kompetisi, kekuatan otak kita akan meningkat karena kita akan terus mendorong otak untuk memikirkan strategi-strategi ampuh yang dapat digunakan dalam memenangkan persaingan atau kompetisi .

Ketika kita memenangkan persaingan kerja, pusat otak kita diaktifkan dan menghasilkan aliran dopamin (hormon perasaan menyenangkan) di hipotalamus atau pusat kesenangan otak. Setelah otak kita menghadapi kesibukan dalam persaingan kerja yang ketat dan memenangkan persaingan, otak kita akan termotivasi untuk mengalaminya lagi dan lagi. Dengan kata lain, kita akan menyukai persaingan kerja.

Sayangnya, Seiver menemukan bahwa orang yang gagal bersaing dalam kompetisi kerja cenderung menjauh dari kompetisi apa pun. Pusat penghargaan otak hanya dapat diaktifkan jika kita melakukan tugas-tugas yang sulit.

Bagi mereka yang tidak menyukai persaingan kerja, tantangan bisa menjadi cara yang bagus untuk meningkatkan daya kerja otak di lingkungan kerja yang kompetitif. Dengan kata lain, memaksakan diri untuk terlibat dalam kompetisi kerja akan membantu kita meningkatkan daya kerja otak.

Persaingan Kerja Dapat Meningkatkan Produktivitas

Selain itu, persaingan kerja juga diyakini dapat meningkatkan produktivitas setiap individu yang tergabung di dalamnya. Individu yang bersaing akan menghabiskan lebih banyak waktu di tempat kerja dan berusaha untuk menghasilkan prestasi yang jauh lebih banyak daripada sebelumnya.

Pertahankan Persaingan Kerja yang Sehat

Persaingan kerja seringkali menimbulkan kecurigaan antara satu individu dengan individu lain atau satu kelompok dengan kelompok lain, karena setiap individu dan kelompok pasti ingin menang. Kondisi seperti itu dapat merusak kekompakan tim dan menumbuhkan perasaan negatif di antara rekan kerja.

Namun, bukan berarti persaingan kerja yang sehat tidak dapat tercipta. Dengan mengadakan kompetisi kerja yang suportif, kita sama saja dengan menyuntikkan beberapa unsur positif untuk menghindari rasa frustrasi yang menumpuk di antara rekan kerja atau pesaing. Dengan kata lain, sikap suportif sangat diperlukan dalam persaingan kerja yang sehat.