Bagaimana Bekerja Keras?

Sepertinya istilah “kerja keras” sudah sangat dikenal di seluruh dunia. Ketika kita melihat seseorang yang bekerja dengan rajin, ulet bahkan sampai begadang di kantor dan membawa pulang tugas kantor untuk dikerjakan. Ditambah waktu di akhir pekan yang masih dipenuhi dengan aktivitas kerja yang tiada henti, kita bisa menyebut semua rangkaian aktivitas kerja itu sebagai KERJA KERAS. Sepopuler konsep kerja keras ini, kita tidak perlu menjelaskannya lebih dalam. Kondisi ini juga membuat pimpinan, bos, manajer atau atasan merasa lebih seperti karyawan yang bekerja keras.

Sayangnya, bekerja keras belum tentu mampu menciptakan hasil yang lebih efisien. Seringkali kerja keras hanya memaksimalkan jumlah waktu dan keringat yang kita curahkan untuk tugas-tugas pekerjaan yang ada, tetapi kerja keras tidak membahas atau tidak dapat memprediksi seberapa efisien kita dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan tersebut.

Misalnya, saya berusaha sekuat tenaga dan bekerja keras untuk menyelesaikan dua laporan keuangan dalam waktu dua hari. Namun ternyata rekan saya menerapkan konsep working smart, sehingga dia bisa menyelesaikan dua laporan keuangan yang sama hanya dalam waktu 10 jam. Apa ?! Saya ingin tahu apakah rekan pembaca saya adalah saya, yang mana yang akan saya pilih? Kerja keras atau kerja cerdas? Sekarang mari kita lihat strategi kerja yang ditawarkan oleh kerja cerdas.