Berhentilah menjadi perfeksionis.

Memberikan usaha terbaik yang maksimal berbeda dengan perfeksionisme. Apakah kita selalu mengoreksi perkataan orang lain? Apakah kita suka mencari kesalahan orang lain? Inilah ciri khas kita yang memiliki sifat perfeksionis.

Perfeksionis bisa menjadi racun. Jika kita mengukur segala sesuatu dengan sempurna, kita akan mengalami frustasi, keraguan diri dan kelelahan. Kita juga akan menghasilkan hal-hal yang tidak berguna. Perfeksionis tidak memberikan upaya terbaik mereka. Perfeksionis hanya membuat kita dalam masalah karena tidak ada yang bisa membuat kita merasa puas. Kita selalu ingin menghasilkan kesempurnaan dalam segala hal. Kita menuntut diri kita untuk terus tampil sempurna dan mengabaikan kelemahan kita.

Perfeksionis adalah ilusi. Kita ingin semuanya sempurna. Perfeksionis hanya akan merusak kebahagiaan, hubungan, dan kesejahteraan yang kita miliki. Mengapa? Ketika kita fokus untuk menjadi sempurna, kita mengabaikan kebutuhan dasar dalam hidup, seperti makan dan tidur. Kita hanya ingin bekerja dan bekerja terus menerus. Perfeksionis juga membuat orang lain menuntut kita. Setiap orang menuntut agar kita sempurna, sehingga harga diri ditentukan oleh prestasi yang dimiliki. Ketika tidak mencapai, kita merasa bahwa kita tidak berharga. Wah, tentu hal ini menjadi hal yang justru bisa menghambat kita. Jika kita merasa bahwa kita tidak berharga, bagaimana kita bisa memiliki keyakinan dan kekuatan untuk mencapai setiap impian dalam hidup?